
Sampai saat ini, 92% pasokan energi primer Indonesia masih di suplai dari energi fosil (batu bara, minyak, dan gas alam).
Aspirasi peningkatan bauran energi terbarukan dalam jangka menengah dan panjang yang tertuang dalam berbagai kebijakan energi nasional dan program pemerintah saaat ini masih belum selaras dengan upaya dekarbonisasi sistem energi yang mendalam, cepat, dan sistematik untuk mencapai target Kesepakatan Paris. Kebutuhan ini memberikan tantangan besar bagi Indonesia untuk melakukan transformasi sistem energinya.
Ketua Dewan Penasihat Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) Prof. Dr. Kuntoro Mangkusubroto mengatakan, perkembangan teknologi terbarukan yang semakin maju dan ekonomis, preferensi investasi energi bersih yang lebih favorable dan berbagai terobosan teknologi digital di sektor energi menjadikan sistem energi konvensional berbasis fosil tidak lagi relevan untuk terus dipertahankan. "Para pembuat kebijakan di Indonesia perlu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi sekaligus mempersiapkan strategi dan kebijakan pendukungnya," kata Kuntoro, di acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2019, di Jakarta, Rabu (13/11).
Dia menambahkan, inovasi teknologi dan keekonomian teknologi energl bersih membuat pasokan listrik dapat disuplai dangan 100% energi terbarukan dl pertengahan abad ini menjadi skenario yang memungkinkan. Kemajuan ini juga mendorong perusahaan pemasok listrik melakukan perubahan dalam proses dan dan strategi bisnis mereka.
"Peluang serta ancaman gelombang transisi energl global perlu diantisipasi dan diatasi dengan baik oleh para pemangku kepentingan utama di sektor energi dan listrik di lndonesia dengan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang tren saat ini dan konsekuensinya," jelas dia. (TS)
0 Komentar
Berikan komentar anda