Renewable Energy
ENERGY PRIMER
ENVIRO
NEWS
Trending
5 Negara Penghasil Listrik Tenaga Surya Terbanyak

Di Jepang, lapangan golf yang tidak dimanfaatkan disulap menjadi area PLTS [Foto: inhabitat.com - LISTRIK INDONESIA]
Listrik Indonesia - Sinar matahari hampir menyinari seluruh wilayah di bumi. Namun, hingga hari ini, tidak semua negara menggunakan energi dari bola api raksasa ini sebagai sumber listrik secara masif.
Padahal matahari tidak ke mana-mana. Ia terus memberikan sinarnya sepanjang siang. Namun, sejumlah negara selama beberapa tahun belakangan berhasil mengonversi sumber energi terbarukan ini menjadi tenaga listrik.
Bukan cuma itu, negara-negara itu menjadikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai infrastruktur utama guna mencukupi kebutuhan tenaga listrik warganya.
Berikut lima negara yang terdepan kemajuan dan terbesar kapasitas PLTS-nya, menurut Investopedia.com dalam artikel yang ditayangkan pada 9 April 2021.
BACA JUGA: Mudahnya Pasang PLTS Atap Berkat Bantuan Aplikasi
Negara tersebut membuktikan sumber energi bersih tersebut merupakan jawaban atas pencarian dunia untuk alternatif pengganti bahan bakar fosil.
1. Cina
Negara berpenduduk terpadat dan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terparah ini membuktikan diri memiliki komitmen tinggi pada pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
Data Administrasi Energi Nasional Cina, negara ini telah memasang lebih 30,1 GW kapasitas fotovoltaik (PV) pada 2019. Dengan demikian terdapat total kapasitas terpasangnya 205,2 GW.1
Kapasitas PV ini cukup bagi Cina mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar energi surya. Pasar dalam negerinya saja 27 persen total instalasi pembangkit listrik surya.
Sebenarnya dominasi pemakaian energi surya Cina menurun, seiring semakin maraknya PLTS di berbagai negara. Kesadaran akan bahaya bahan bakar fosil bagi lingkungan tumbuh di mana-mana. Pada 2017, pemanfaatan energi matahari Cina sebesar 51 persen total global.
Sebagian besar produk fotovoltaik atau panel surya dipasang di daerah terpencil, berupa PLTS raksasa yang menjual tenaga listriknya ke utilitas. Citra satelit menunjukkan pertumbuhan luar biasa PLTS Cina.
Peningkatan drastis tenaga surya di Cina didorong permintaan suplai listrik yang terus tumbuh, dan krisis polusi udara yang parah.
Saat sejumlah negara mengekang insentif untuk pihak yang memasang panel surya, pemerintah Cina justru agresif mendorong lembaga keuangan untuk memberikan insentif.
2. Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) terus meningkatkan posisinya sebagai pionir pemanfaatan tenaga surya dengan memperluas sektor utilitas dan instalasi pasar perumahan.
Sebagian besar pertumbuhan itu didorong oleh insentif pemerintah yang diberikan kepada sektor perumahan. Wajar jika sektor ini tumbuh pesat tahun demi tahun.
BACA JUGA: Pemanfaatan EBT, Indonesia Tertinggal Jauh!
Pada 2019, sektor utilitas AS mengalami peningkatan kapasitas terpasang sebesar 37 persen, dari 2018. Pertumbuhan kapasitas terpasang sebesar 15 persen.
Total kapasitas terpasang baru pada 2019 mencapai 13,3 GW, sehingga kapasitas terpasang komulatif 75,9 GW.
Karena biaya tenaga surya menjadi lebih kompetitif dibanding pembangkit berbasis energi fosil, keluaran atau output PLTS di negeri Paman Sam dipastikan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
3. India
Kenaikan stabil India sebagai pemimpin dalam kapasitas PV sangat mengesankan. Setelah beberapa tahun upaya terkonsentrasi, pertumbuhan yang signifikan dicapai. Pada 2019, mencapai 9 persen pangsa pasar PV global.
Negara ini melampaui Jepang, yang menguasai 6,3 persen pangsa pasar). Mengikuti AS, yang memimpun 11,9 persen pangsa pasar.
Sebagian besar kapasitas PLTS India pada tahun ini dipasang di pabrik utilitas, yang menyumbang porsi terbesar kapasitas terpasang baru 10,1 GW. Pada akhir 2019, kapasitas terpasang kumulatif sekitar 42,9 GW.
4. Jepang
Jepang tidak memiliki kemewahan untuk menutupi sebagian besar lahan dengan panel surya. Meskipun kekurangan ruang terbuka, Negeri Matahari ini mampu menjadi salah satu pemimpin dunia dalam hal total energi dari PLTS. Kapasitas terpasang baru sebesar 7 GW pada 2019.
Setelah bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima pada 2011, Jepang mengokohkan komitmen serius terhadap pengembangan PLTS guna melipatgandakan pemanfaatan energi terbarukannya pada 2030.
Jepang menjalankan cara kreatif memasang panel-panel surya. Misalnya, ledakan popularitas golf di Jepang pada 1980-an menyebabkan melimpahnya lapangan olahraga yang membutuhkan kawasan luas ini.
BACA JUGA: Baterai atau Natural Gas untuk Back-up PLTB dan PLTS?
Belakangan banyak lapangan golf yang tidak dimanfaatkan secara maksimal, bahkan benar-benar ditelantarkan sejak 2015. Nah, lapangan ini lalu ditutupi hamparan fotovoltaik.
Negara kepulauan ini telah melangkah lebih jauh dengan menciptakan "pulau surya" terapung. Ribuan panel surya tahan air dihampar. PLTS generasi terbaru ini memiliki beberapa keunggulan, termasuk lebih efisien didinginkan oleh air.
5. Vietnam
Urutan kelima negara teratas kapasitas PLTS-nya adalah Vietnam. Total terpasang sekitar 4,8 GW pada 2019.
Keberhasilan Vietnam itu diperoleh berkat kebijakan pemerintah memacu investasi PLTS dengan menjamin produsen mendapatkan harga di atas pasar.
Karena kebijakan tersebut, instalasi pembangkit tenaga surya lima kali lebih banyak di atas proyeksi pemerintah.
Vietnam mengklaim memanfaatkan 4,3 persen pasar PV global pada 2019.
Bagaimana Indonesia? Yang pasti, negara ini kaya kawasan dengan sinar matahari maksimal. Sudah dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pasokan tenaga listrik? Silakan sampaikan pandangan Anda di kolom komentar. (RE)
0 Komentar
Berikan komentar anda