Fossil Fuel ENERGY PRIMER Emission & Carbon ENVIRO NEWS
Trending

Ambil Momentum Ekspor Batu Bara, Nasib Transisi Energi?

Ambil Momentum Ekspor Batu Bara, Nasib Transisi Energi?
Tambang baru bara [Foto: medcom.id - LISTRIK INDONESIA]

Listrik Indonesia - Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengonfirmasi keputusan pemerintah menaikkan target produksi batu bara nasional ke level 625 juta ton pada 2021. 

Hal itu tertuang dalam Keputusan Menteri Nomor 66.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 255.K/30/MEM/2020 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batubara dalam Negeri Tahun 2021.

Tambahan jumlah produksi tidak dikenakan kewajiban persentase penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). 

BACA JUGA: RI-Cina Perkuat Kerjasama Investasi dan Perdagangan Batu Bara

Terhadap keputusan itu, Singgih menilai target itu terlalu tinggi. Padahal ruang peningkatan permintaan baru bara Indonesia oleh pangsa ekspor --terutama pasar Cina-- tidak setinggi tambahan volume kuota ekspor yang ditetapkan pemerintah dimaksud. 

Ia menambahkan menaikkan target produksi setinggi itu pada tahun ini dikhawatirkan memicu tekanan terhadap harga baru bara.

Data IMEF, batu bara Indonesia yang dapat diserap pasar Cina diperkirakan antara 30 juta hingga 40 juta ton. Serapan ini menggantikan pasokan yang seharusnya diisi Australia.

"Karena batu bara Australia di-banned. Ekspor ke Cina batu bara kualitas rendah dan menengah paling 40 juta ton. Kita mungkin bisa ambil 30 juta karena sebagian bisa jadi dari Afrika Selatan dan ini sudah mendekati kuartal II, jadi 30 juta sudah bagus," papar Singgih. 

Cina yang sedang bersitegang dengan Australia membuat posisi Indonesia sebagai produsen batu bara dunia diuntungkan. Peluang pasar batu bara global, terutama di Asia Pasifik memang sedang menggiurkan. Inilah yang tak ingin dilepas pemerintah Indonesia.

Berapa angka target kenaikan yang tepat, menurutnya, cukup di level 595-600 juta ton.

BACA JUGA: Tak Segera Transisi Energi, Tenaga Kerja Industri Batubara Terdampak

Singgih merinci perhitungan tingkat produksi itu didasarkan pada kalkulasi bisnis pasar global dan potensi kenaikan produksi dari beberapa perusahaan batu bara dalam negeri, serta mempertimbangkan adanya potensi tekanan terhadap harga.

"Saya lihat 75 juta ton over. Kalau tidak dikontrol dengan baik, akan terjadi tekanan harga. Bisa jadi buyer besar melakukan tekanan terhadap harga ke kita atas dasar suplai ke depan," katanya. 

Pemerintah memilih tak ingin menyia-nyiakan momentum ambil untung, "tanpa perlu bersusah payah".
 
Bagaimana nasib komitmen menjalan transisi menuju era energi baru dan terbarukan (EBT), guna menghentikan kerusakan lingkungan yang terus berlangsung? (RE)


 

Related Articles

0 Komentar

Berikan komentar anda

Back to top button