Listrik Indonesia | Indonesia terus menunjukkan komitmennya untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Dalam ajang “Sustainability Recognition Forum 2025” yang digelar oleh Endress+Hauser Indonesia di St. Regis Jakarta, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa untuk mewujudkan NZE, ketahanan energi nasional harus memperhatikan empat indikator utama: ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, dan akseptabilitas.
“Posisi Indonesia saat ini ada di angka 6,64 dari skala 10. Artinya, kita memiliki fondasi yang baik, namun masih perlu peningkatan dalam aspek tertentu agar lebih tangguh menghadapi tantangan transisi energi,” ujar Eniya. Kamis, (8/5/2025).
Tantangan di Akar Rumput: Energi Terbarukan Belum Diterima Luas
Meski pemerintah terus mendorong pengembangan energi terbarukan, Eniya mengungkapkan bahwa masih banyak tantangan di lapangan, terutama dalam hal akseptabilitas dan aksesibilitas, terutama di wilayah terpencil dan kepulauan.
Ia mencontohkan energi panas bumi yang kerap menghadapi resistensi dari masyarakat lokal akibat kurangnya pemahaman. Hal serupa juga terjadi pada pemanfaatan panel surya terapung yang belum sepenuhnya diterima publik.
“Akseptabilitas sangat dipengaruhi oleh kesadaran lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, edukasi publik menjadi kunci untuk membangun dukungan terhadap penggunaan energi baru terbarukan,” jelas Eniya.
Langkah Strategis Menuju NZE
Sebagai negara kepulauan dengan potensi energi terbarukan yang besar, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin dalam transisi energi bersih di kawasan Asia Tenggara. Namun, peluang ini hanya bisa terwujud jika seluruh lapisan masyarakat dilibatkan dalam prosesnya.
Melalui sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, Eniya optimistis bahwa Indonesia dapat melampaui tantangan yang ada dan mencapai netralitas karbon pada 2060.
“Perjalanan menuju NZE bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap perubahan,” pungkasnya.