Kebakaran Kilang Jangan Sampai Terulang

Jumat, 09 Mei 2025 | 11:17:36 WIB
Kebakaran Kilang Balongan. (Dok: BPBD Indramayu)

Listrik Indonesia | Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Dony Maryadi Oekon, menekankan pentingnya peningkatan keamanan kilang minyak yang berada dekat dengan kawasan permukiman. Dalam kunjungan kerja Panitia Kerja (Panja) Migas ke PHE ONJW Cirebon dan Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Kamis (8/5/2025), ia menyampaikan bahwa aspek keselamatan harus menjadi perhatian utama, seiring dengan rencana peningkatan kapasitas produksi.

"Dari sisi produksi sudah bagus, tapi mereka berencana meningkatkan kapasitas produksi. Kemudian, yang penting juga adalah bagaimana mereka menjalankan program CSR, program kemanusiaan, dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar," ujar Dony.

Ia mengingatkan bahwa keberadaan kilang yang berdekatan dengan permukiman warga memiliki risiko keselamatan yang signifikan, mengacu pada insiden kebakaran yang pernah terjadi di Kilang Balongan, Indramayu. Menurutnya, kejadian tersebut menjadi pelajaran penting dalam pengelolaan risiko industri energi.

"Lokasi kilang yang dekat dengan permukiman itu sangat rawan. Pernah ada kejadian kebakaran yang menyebabkan warga terluka, Ini harus menjadi pelajaran penting," kata politisi Fraksi PDI Perjuangan ini.

Selain aspek keselamatan, Dony juga menyoroti tantangan ketahanan energi nasional. Ia mengungkapkan bahwa cadangan energi Indonesia saat ini belum mencapai satu bulan dan masih berada di kisaran 18 hingga 22 hari. Kondisi tersebut dinilainya berpotensi menimbulkan kerentanan apabila terjadi gangguan pasokan.

"Ketahanan energi kita belum pernah mencapai satu bulan, Ini berbahaya jika terjadi sesuatu yang mengganggu pasokan," jelasnya.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas pula ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak, baik dalam bentuk crude oil maupun produk jadi seperti pertalite dan pertamax. Dony menyebutkan, produksi minyak dalam negeri saat ini hanya sekitar 700 ribu barel per hari, sementara kebutuhan nasional dapat mencapai hingga 1,5 juta barel per hari.

"Produksi kita saat ini hanya sekitar 700 ribu barel/hari, sementara kebutuhan bisa mencapai 1,5 juta barel/hari. Ada gap besar yang harus diisi dengan impor," paparnya.

Ia menambahkan, kapasitas kilang dalam negeri yang terbatas turut memperbesar kebutuhan akan produk jadi dari luar negeri. Hal ini, menurutnya, memengaruhi efisiensi biaya dan ketahanan energi nasional.

"Kalau kita hanya membeli produk jadi, itu tidak efisien karena kita harus membayar biaya pengolahan di luar negeri. Lebih baik kita beli crude-nya dan diolah di dalam negeri. Itu jauh lebih menguntungkan," ujar Dony.

Menanggapi kondisi ini, pemerintah disebut telah merancang penambahan investasi di sektor kilang atau refinery. Targetnya, kapasitas produksi domestik bisa ditingkatkan hingga 700–800 ribu barel per hari. Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi serta mengurangi ketergantungan pada impor.

Pertemuan tersebut menegaskan pentingnya sinergi antara perusahaan energi dan pemerintah daerah, khususnya dalam meningkatkan keselamatan kilang dan mengedukasi masyarakat sekitar. Upaya ini dinilai krusial dalam menciptakan sistem energi yang aman dan berkelanjutan.

Tags

Terkini