Wilayah Perbatasan RI Jangan Sampai Luput dari Elektrifikasi

Minggu, 02 November 2025 | 14:20:12 WIB
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. (Dok: KESDM)

Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan pentingnya percepatan pemerataan listrik di wilayah perbatasan. Hal itu ia sampaikan saat menghadiri acara peresmian penyambungan listrik di Minahasa, Sulawesi Utara, pada Selasa (28/10/2025). Dalam kesempatan tersebut, Bahlil menekankan bahwa penyediaan listrik di daerah terpencil bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal kedaulatan negara.

“Masih ada sekitar sebelas atau dua belas desa di Sulawesi Utara yang belum ada listriknya. Saya mau semuanya selesai tahun 2026. Desember harus sudah selesai,” ujar Bahlil di hadapan warga yang hadir. Ia menambahkan, daerah perbatasan harus mendapat perhatian karena menjadi representasi kehadiran negara. “Jangan sampai daerah-daerah yang berbatasan dengan negara lain merasa tidak diurus. Ini bukan hanya soal listrik, tapi soal kedaulatan negara,” lanjutnya.

Bahlil menceritakan pengalamannya saat mengunjungi Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, wilayah yang masih terbatas akses energinya. Ia menempuh perjalanan empat jam melewati bukit dan sungai menuju daerah tersebut. “Di sana ada sungai besar yang juga jadi lokasi penambangan emas. Saya tidak tahu izinnya ada atau tidak,” katanya sambil tersenyum kecil, disambut tawa warga.

Di wilayah itu, pasokan listrik masih bergantung pada pembangkit berkapasitas 500 kWh. Bahlil pun langsung memberikan arahan untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1 megawatt agar pasokan energi lebih stabil. “Kalau mau bangun, jangan tanggung-tanggung. Masyarakat di sana harus jalan jauh angkut BBM. Kalau jalan licin, truknya bukan naik, tapi malah turun masuk jurang,” ujarnya.

Program listrik gratis di Minahasa merupakan bagian dari inisiatif nasional Merdeka dari Kegelapan yang digagas Kementerian ESDM bersama PT PLN (Persero). Melalui program ini, pemerintah menargetkan seluruh desa di wilayah terpencil dapat menikmati listrik yang adil dan berkelanjutan. Selain itu, Bahlil juga meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Wairara berkapasitas 128 kilowatt di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, serta PLTMH Anggi I berkapasitas 150 kilowatt di Papua Barat. Pada kesempatan yang sama, ia juga melakukan peletakan batu pertama PLTMH Anggi II dengan kapasitas 500 kilowatt.

Dalam sambutannya, Bahlil mengingat masa kecilnya di kampung yang belum teraliri listrik. Ia menuturkan, pada masa itu, sekolah di kampungnya masih menggunakan papan tulis kapur dan penghapus yang dijahit sendiri dari kain bekas. “Kalau siswa nakal, tugasnya menjahit penghapus,” ujarnya sambil tertawa. Ia menyebut pengalaman tersebut sebagai bagian dari kearifan lokal yang membentuk karakter tangguh generasi muda.

Menurut Bahlil, listrik memiliki peran penting sebagai penghubung antara masa lalu dan masa depan. “Tanpa listrik, anak-anak desa tertinggal dari dunia yang semakin digital. Saya tidak bisa bayangkan anak-anak di kota belajar dengan teknologi, sementara anak-anak di pelosok masih gelap,” katanya.

Ia juga menyampaikan pesan dari Presiden Prabowo Subianto agar setiap anak Indonesia memiliki akses pendidikan dan teknologi yang sama. “Tujuannya sederhana, agar nanti mereka yang sukses tidak lupa dengan rakyat yang masih susah,” ujar Bahlil.

Menutup pidatonya, ia menyampaikan harapan agar anak-anak di desa yang baru menikmati listrik dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa. “Mungkin anak-anak dari 5.700 desa dan 4.400 dusun yang belum berlistrik ini, dua puluh atau tiga puluh tahun lagi akan jadi presiden, menteri, atau gubernur,” ujarnya.

Bahlil mengakhiri pidatonya dengan kalimat yang merefleksikan keyakinannya. “Barang siapa yang menyelesaikan perkara kecil dengan baik, Tuhan akan memberinya perkara besar,” katanya.

Menjelang senja, lampu-lampu di rumah warga Minahasa mulai menyala. Satu per satu rumah diterangi cahaya, menandai babak baru bagi masyarakat yang sebelumnya hidup dalam kegelapan. Bagi mereka, listrik bukan hanya kebutuhan, tetapi juga tanda bahwa negara benar-benar hadir di perbatasan.

Tags

Terkini