
Listrik Indonesia | PT Pertamina Power Indonesia, Sub-holding Power and New Renewable Energy (Pertamina NRE), menjadi motor PT Pertamina (Persero) dalam transisi energi bersih dengan memproduksi energi terbarukan yang memenuhi skala keekonomian untuk membantu pemerintah dalam menurunkan emisi karbon.
Pertamina NRE diharapkan dapat mengelola kegiatan usaha Power (ketenagalistrikan) dan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan menerapkan business excellence di sepanjang rantai nilai bisnisnya. PT Pertamina Power Indonesia (PPI) memiliki 3 unit anak usaha dan afiliasi di bawahnya, yaitu PT Jawa Satu Power, PT Jawa Satu Regas, dan PT Pertamina Geothermal Energy.
PT Jawa Satu Power merupakan IPP yang membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas 1.760 MW yang ditargetkan beroperasi secara komersial (COD) pada Desember 2021. PT Jawa Satu Power merupakan konsorsium PPI (40%), Marubeni (40%), dan Sojitz (20%). Adapun, PT Jawa Satu Regas membangun & mengelola fasilitas regasifikasi (floating storage regasification unit/FSRU) Jawa-1 untuk meregasifikasi LNG sebagai bahan bakar PLTGU Jawa-1.
Sementara itu, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan pengembang panas bumi (geothermal). PGE mengelola 15 wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang 672 MW (own operation) dan 1.205 MW (joint operation contract).
Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro menjelaskan, Sub-holding PNRE tidak sekadar sebagai pengembang listrik (IPP), tetapi Beyond IPP karena memiliki portofolio energi bersih secara luas termasuk pengembangan industri baterai dan teknologi hidrogen.
Sebelum dipercaya menakhodai Pertamina NRE, Dannif merupakan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas. Keahliannya di sektor finansial menjadi pertimbangan Direksi dan Komisaris Pertamina mengangkatnya pada 15 Februari 2021 untuk membuat terobosan-terobosan dalam pengembangan portofolio energi bersih Pertamina Group.
Dannif yang memiliki keahlian finansial dan sebagai orang baru di Pertamina diharapkan dapat memberikan perspektif baru untuk mencari terobosan, terutama dalam eksekusi proyek energi bersih melalui pembiayaan dan mencari pasar yang kompetitif.
Pertamina melakukan transformasi dari energi fosil ke energi terbarukan melalui Sub-holding PNRE yang memang difokuskan untuk bisnis energi hijau. Pertamina merancang tiga strategi untuk bertransformasi dari energi fosil ke EBT, yaitu pemanfaatan bahan baku (managing base), akselerasi pertumbuhan (accelerate growth) serta peningkatan kapasitas produksi (scale up and expand).
Selain proyek PLTGU Jawa-1, Pertamina NRE juga mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 4 MW di area Kilang LNG Badak, Kalimantan Timur, PLTBg dari pengolahan limbah kelapa sawit dengan kapasitas 2,4 MW di Sei Mangkei, Sumatera Utara. Pertamina NRE juga mengembangkan PLTS di SPBU-SPBU Pertamina. Kini, Pertamina NRE menargetkan memasang energi surya atap (solar PV rooftop) di 1.000 unit SPBU.
Dannif menjelaskan, Indonesia telah berkomitmen dalam Paris Agreement dengan kesediaan untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia sebesar 0,554 Gt CO2eq setara dengan 1,49% total emisi global. Indonesia berkomitmen melalui Nationally Determined Contribution (NDC) untuk menurunkan emisi sebesar 29% pada 2030.
“Pada intinya PNRE tidak berkompetisi dengan PLN. Namun, PNRE dan PLN memiliki visi yang sama dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan komitmen pemerintah dalam COP 21 melalui NDC untuk menurunkan emisi karbon sebesar 29% pada 2030,” ujar pria jebolan Universitas Indonesia ini kepada Listrik Indonesia, Senin (12/7).
0 Komentar
Berikan komentar anda