Listrik Indonesia | Sektor energi seringkali dianggap sebagai ‘wilayah laki-laki’. Namun hal itu tak berlaku kini, sudah banyak perempuan yang menjadi aktor dalam pengembangan industri energi. Lalu bagaimana peran perempuan pada industri energi terbarukan.
Rully Mahanani seorang Business Development Asia dari perusahaan equipment energi air yaitu Andritz Hydro. Bermodalkan kemampuan komunikasi (publicC relation) yang baik menghantarkan Rully mendatangkan proyek-proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk perusahaanya.
Bagi sang Puan yang satu ini, bekerja di perusahaan energi memiliki tantangan dan keasyikan tersendiri. Mengapa tidak, kata Rully, ketersediaan dan pengembangan energi menyangkut kehidupan banyak orang. Maka, mengembangkan industri energi bukan sekadar berbisnis, tetapi juga menjadi ladang amal baginya.
“Background pendidikan saya adalah seorang public relation, dahulu sama sekali tak mengerti industri energi. Learning by Doing, akhirnya saya banyak belajar di industri ini samapai akhirnya diawal karir saya berhasil mendatang beberapa proyek untuk perusahaan,”ujar Rully kepada Listrik Indonesia.
Ia menceritakan awal karir di industri energi terbarukan, Rully bergabung dengan Andritz Hydro sejak 2013. Di tiga tahun pertamanya, iamenjabat sebagai Assistant to Compact Hydro . Saat itu dirinya inimemegang proyek pengadaan untuk proyek-proyek PLTA berkapasitas 20 hingga 50Megawatt (MW). Kemudian pada 2016, Rully juga menjabat sebagai Commercial Manager Compact Hydro.
“Waktu itu tantangan pekerjaan bersamaan dengan tanggungjawab 2 projects sekaligus yaitu PLTM Cikaengan-2 (2x3.65MW) dan Hasang HEPP (3x13.73). Dari kesuksesan proyek itulah saya mendapat promosi jabatan sebagai Business Development Asia untukmenangani proyek-proyek pembangunan PLTA di Asia,” ungkapnya.
Menurutnya, salah satu kelebihannya ialah dengan background-nya seorang public relation yang selalu intens menjaga komunikasi dengan klien, sehingga banyak pengetahuan akan bisnis energi terbarukan yang ia dapat di lapangan. “Karena saya seringmelakukan interaksi dengan klien ataumitra kerja, bahkan dengan mitra lama. Di sini saya berkembang dan semakin tahu apa kebutuhannya dan sayamenawarkan solusi kepada mereka melalui produk-produk Andritz Hydro. Skill menyampaikan product knowledge sangat memengaruhi keberlangsungan bisnis perusahaan,”tuturnya.
Menjadi Srikandi di energi terbarukan, cakupan kerja Rully bukan hanya untuk Indonesia, tetapi Rully juga memantau dan menganalisamarket hydro di beberapa negara di Asia. “Saya beberapa kali mengikuti pelatihan di kantor Andritz di India dengan para engineers yang handal dengan mengunjungi beberapa pabrik Andritz di sana,”katanya.
Menurutnya, potensi hydro energy di Indonesia sangat besar. Bukan hanya itu secara teknologi hydro juga semakin canggih, energi terbarukan yang sangatminimtingkat intermitensinya. Bahkan saat ini sudah didukung oleh energi storage yangmemungkinkan PLTA terus bisa beroperasi 24 jam, jika tak ada kendala teknis.
“Kalau kitamelihat sejarah pembangkit listrik yaitu diawali dengan kehadiran PLTA. Pembangunan PLTA juga tergolong murah, jika dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya sumbernya punmudah ditemukan dan dapat dipadupadankan dengan sistem energi terbarukan lainnya. Itulah mengapa saya tertarik dengan hydro energy,” tutur Rully.
Di sisi lain, dalam proyek pembangunan PLTA di Indonesia bukan tanpa kendala. Di setiap negara pasti memiliki tantangannya sendiri dalam mengembangkan energi terbarukan khususnya PLTA. Ia menyampaikan, pengembangan PLTA di Indonesia harus didukung dengan regulasi terutama terkait dengan BPP (Biaya Pokok Produksi).
“Para investor sebenarnya sudah siap dengan financingnya, tinggal pemerintah harus lebih mendukung regulasinya pengembangan PLTA. Tak ayal, jika PLTA banyak dibangun bisa jadi backbone kelistrikan nasional,” ujarnya.
