Listrik Indonesia | Sejumlah negara di dunia telah berlomba menuju New Zero Emision (NZE) dengan menggunakan energi terbarukan. Tak terkecuali Indonesia. Namun jika dibandingkan dengan Vietnam, Indonesia masih terlihat jauh tertinggal.
Secara geografis, Vietnam dan Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang baik. Mulai dari tenaga surya, angin, biomassa, dan tenaga air. Indonesia saat ini masih menyusun langkah untuk mengakselerasi energi terbarukan melalui Undang-Undang Energi Baru Terbarukan (UU EBT) yang hingga saat ini masih dalam rancangan.
Sedangkan Vietnam tengah menggunakan energi terbarukan untuk pasokan energi di negaranya.
Pada akhir tahun 2018, tenaga air merupakan sumber energi terbarukan terbesar di Vietnam, dengan kontribusi sekitar 40% dari total kapasitas listrik nasional . Pada tahun 2020, tenaga angin dan matahari memiliki pangsa gabungan sebesar 10% dari pembangkit listrik negara, yang telah memenuhi sasaran pemerintah tahun 2030. Hal itu bukti adanya perpindahan pertumbuhan kapasitas batu bara di masa depan
Kecenderungan menuju energi di Vietnam telah tercermin dalam Master Plan for Power Development (PDP) selama beberapa tahun terakhir.
Ada pergeseran bertahap menuju energi terbarukan di Vietnam bersamaan dengan industri pembangkit listrik konvensional. Vietnam telah mengikuti tren global dalam mengembangkan energi terbarukan. Mengambil keuntungan dari lokasi geografisnya, Vietnam sedang dalam proses mengalihkan fokusnya ke energi terbarukan terutama di sektor tenaga surya dan angin pantai.
Output domestik dan impor listrik Vietnam pada tahun 2022 mencapai sebesar 268,4 miliar kWh, di mana output tersebut dihasilkan dari tenaga air yang mengalami peningkatan 20,8% dibandingkan tahun 2021. Hal itu disebabkan karena air yang baik di danau dan mobilisasi pembangkit listrik sesuai dengan peraturan antar danau.
Selain itu, pengoperasian pembangkit listrik tenaga angin dan matahari yang stabil serta berhasilnya perusahaan EVN mengurangi pembelian tenaga batu bara pada tahun 2022 juga mengakibatkan keluaran listrik dari pembangkit energi terbarukan (termasuk pembangkit listrik tenaga air) melebihi tenaga termal.
Secara khusus, keluaran listrik dari energi terbarukan mencapai lebih dari 129,8 miliar kWh, setara dengan 1,24 kali lipat keluaran tenaga batubara dan lebih dari 96% dibandingkan total keluaran tenaga batubara dan gas. Output tenaga surya dan angin menyumbang 12,8% dari total sistem tenaga.
"Tahun 2022 juga mencatat pertama kalinya pembangkitan listrik energi terbarukan mencapai 53% dari output seluruh sistem tenaga listrik," seperti dikutip dalam laman vietnamenergy.
Pada Konferensi Para Pihak Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26 pada tahun 2021 (COP26) yang diselenggarakan di Glasgow, Inggris, Vietnam berpartisipasi membuat pernyataan menuju komitmen menuju emisi nol bersih pada tahun 2050. Setelah acara tersebut, Vietnam mengambil langkah serius untuk membuat komitmen realisasi dengan merevisi Master Power Development Plan VIII (PDP8) dengan pertimbangan yang signifikan terhadap pengembangan energi terbarukan.
Draf PDP8 membatasi pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru. Hanya proyek pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang disetujui dalam PDP7 yang direvisi yang diizinkan untuk dilanjutkan.
Menurut Rancangan PDP8, pangsa listrik yang dihasilkan oleh sumber energi terbarukan harus mencapai 31,5% pada tahun 2030 dan meningkat menjadi lebih dari 36,3% pada tahun 2045.
Untuk tenaga angin, Draf PDP8 mengusulkan penambahan 5.000 MW tenaga angin darat dan 3.000 MW tenaga angin lepas pantai pada tahun 2030. Sementara untuk tenaga surya Draf PDP8 menargetkan tenaga surya dapat mencapai hingga 22.000 MW pada tahun 2030. Jika melihat implementasi dan upaya yang tengah dilakukan, bukan tidak mungkin target tersebut tercapai lebih awal.
Dorong Investasi Percepat Energi Terbarukan
Pemerintah Vietnam (GVN) telah merevisi Undang-Undang Ketenagalistrikan, Undang-Undang Penggunaan Energi Secara Ekonomis dan Efisien, serta undang-undang terkait untuk menarik dan mendorong masyarakat menggunakan energi terbarukan.
Selain itu, Pemerintah Vietnam juga telah mendiversifikasi sumber investasi, mendorong investor asing dalam pembangunan listrik dengan skema Build-Own-Operate (BOO) dan Public Private Partnership (PPP) untuk mendorong percepatan energi terbarukan.
BOO merupakan skema yang menghilangkan tahap transfer sehingga kepemilikan atas pembangkit berada di tangan Independent Power Producer. Sementara PPP adalah skema kerjasama pembangunan pemerintah yang melibatkan pihak swasta.
Untuk sumber energi terbarukan, pemerintah telah meluncurkan program percontohan Direct Power Purchase Agreement (DPPA), di mana produsen energi terbarukan dapat menjual dan menyalurkan listrik langsung ke pelanggan korporat.
Ukuran program DPPA diharapkan berkisar antara 400 hingga 1.000MW, dan akan dilaksanakan secara nasional dari tahun 2020 hingga 2022.
"ini tersedia untuk produsen angin dan surya dengan kapasitas lebih besar dari 30MW dan konsumen manufaktur industri yang membeli listrik pada level tegangan 22 kV atau lebih besar. Perkembangan ini akan mendorong pertumbuhan lebih lanjut dan investasi di sub-sektor," seperti dilansir Situs Resmi Administrasi Perdagangan Internasional.