“Tugas EPI adalah bagaimana agar support terhadap PLN Group, penyediaan energi primer ini menjadi fokus. Dari PLN Grup sendiri memang membentuk khusus direktorat biomass, dalam arti memang full support biomass, termasuk program co-firing ini yang menjadi bagian transisi energi. Ini momen yang sangat penting terutama hingga 2030,” jelas Vice President Bioenergy PLN Anita Puspita Sari kepada Listrik Indonesia usai seminar biomassa beberapa waktu lalu.
Anita juga menjelaskan bahwa PLN melakukan utilisasi PLTU substitusi dari energi fosil menjadi biomassa, sebagai salah satu upaya mengurangi untuk emisi dari pembangkit. Terkait dengan target pemanfaatan biomass, PLN memancang di angka lebih dari 1 juta ton pada tahun ini. “Target kita di angka lebih dari 1 juta ton. Tapi kita akan upayakan bisa menyerap lebih dari 1 juta ton untuk mengganti batu bara dengan biomass,” tandas Anita.
PLN sendiri menempuh prosedur co-firing sebagai langkah jangka pendeknya guna mengurangi emisi karbon. Apaagi program co-firing ini bisa dilakukan dengan tidak memakan investasi untuk pembangunan pembangkit baru. Melainkan hanya mengoptimalkan biaya operasional untuk pembelian biomassa.
Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana sebagian batu bara yang dijadikan bahan bakar diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa.
Pemerintah sendiri telah berkomitmen bahwa energi terbarukan akan terus dikembangkan untuk menjamin ketahanan energi di Indonesia serta memenuhi permintaan listrik yang kian bertambah. Sebanyak 23% telah ditetapkan menjadi target 23% porsi energi bersih dalam bauran energi nasional di tahun 2025 dan 31% pada tahun 2030 melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).