Listrik Indonesia | Penggunaan batubara dalam sektor kelistrikan terus meningkat, namun cadangan batubara yang sesuai dengan standar sebagai bahan bakar PLTU semakin berkurang. Untuk menghadapi tantangan ini, PT PLN Batubara Niaga sebagai perusahaan Total Solution for Energy Serving melakukan uji coba coal blending guna memastikan pasokan batubara ke pembangkit listrik.
Direktur Utama PT PLN Batubara Niaga, Kanapi Subur Dwiyanto, menjelaskan bahwa coal blending atau pencampuran batubara merupakan solusi untuk mengoptimalkan ketersediaan batubara non-spek. Batubara yang saat ini tidak dapat digunakan langsung dapat dioptimalkan sebagai bahan bakar di PLTU.
Batubara non-spek merujuk pada batubara dengan kandungan sulfur melebihi batas yang ditentukan, serta kandungan abu atau nilai kalori yang tidak sesuai dengan standar. Dengan menggunakan teknik blending, batubara dengan kalori tinggi (high rank coal) dan kalori rendah (low rank coal) dapat digabungkan untuk memenuhi persyaratan PLTU.
"Produk coal blending kami didasari oleh banyaknya cadangan batubara yang tidak terpakai karena tidak memenuhi kriteria bahan bakar PLTU. Ini merupakan peluang bagi kami untuk berinovasi dengan mencampur batubara yang memiliki kandungan rendah agar dapat digunakan dalam kriteria PLTU," jelas Kanapi.
PT PLN Batubara Niaga bekerja sama dengan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) dalam proyek coal blending ini. KBS memiliki aset Stockpile Provider untuk pengelolaan coal blending. Kanapi juga mengungkapkan bahwa Stockpile batubara merupakan fasilitas penumpukan batubara yang dapat meningkatkan keamanan pasokan dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi.
"Kerja sama ini adalah sinergi antara BUMN dalam menjaga ketersediaan pasokan batubara untuk energi di Indonesia, khususnya untuk PLTU," ujar Kanapi kepada Listrik Indonesia.
Kanapi menyebut bahwa pasokan batubara ini akan mendukung kebutuhan PLTU Jawa 7, yang merupakan salah satu PLTU terbesar di Indonesia dengan kebutuhan batubara sebesar 7,2 juta metrik ton per tahun atau sekitar 600 metrik ton per bulan.
"Untuk uji coba awal, kami akan memproduksi coal blending sebanyak 150 metrik ton atau setara dengan 2 kapal pengangkut, dengan harga yang lebih rendah dari batubara low rank," ungkap Kanapi.