Komitmen Seraphim Mendukung Perkembangan Industri PLTS Nasional

Komitmen Seraphim Mendukung Perkembangan Industri PLTS Nasional
Dok. Listrik Indionesia

Listrik Indonesia | Jiangsu Seraphim Solar System Co., Ltd. atau Seraphim, salah satu industri modul surya asal China terus mendukung akselerasi transisi energi melalui pembangkit lsitrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia. Perusahaan PV module yang memiliki kantor di Singapura ini menghadirkan inovasi produk dan teknlogi PLTS yang mumpuni.

Insan Boy, Vice President, Global Sales Jiangau SeraphinmSolar System Co., Ltd (Seraphim), mengatakan, Seraphim menghadirkan produk PV module the most advanced sebab teknologi dan inovasi modal surya saat ini telah berkembangn dengan pesat. “Sebelumnya, PV Module memiliki size berukuran kecil (sekitar 200 watt peak). Saat ini satu panel sudah dapat memproduksi listrik mencapai kapasitas diatas 670 watt peaks,” jelas Insan Boy, di sela acara Indosolar Expo 2023, Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (26/7/2023).

Dia menambahkan, sebagian modul surya memiliki karakteristik dimana saat inin bagian belakang sudah dapat memproduksi listrik. “Tentunya hal ini terkait dengan sumber materialnya, seperti solar cell. “Solar cell sudah beralih dari multi crystalline solar panels ke monocrystalline solar panels. Teknologi ini sudah berjalan 4 hingga 5 tahun yang lalu. Dan selanjutnya akan bergerak kearah TOPCon solar cells yang akan menjadi trendsetter ke depan, dimana produksi listriknya lebih bagus dan degradisi akan lebih kecil” jelas Insan Boy.

Terkait potensi pasar modul surya di Indonesia, menurut dia, tergolong masih lambat sebab masih tergantung dengan regulasi dan kebijakan, terutama RUPTL yang ada di PLN. “Jadi acuan kami menuju kesana. Mudaha-mudahan ke depan akan ada pembaharuan regulasi untuk PLTS Atap sehingga industri PV module akan bergerak lebih cepat. Sayangnya, instalasi PLTS di Indonesia tidak lebih dari 500 MW. Sangat berbeda jika kita dibandingkan dengan Singapura dan Vietnam yang lebih tinggi,” jelas Insan Boy.

Akan tetapi, dia menambahkan, dengan adanya green corridor Indonesia-Singapura sangat baik.Sehingga, jika dalam satu tahun Indonesia mampu menambah kapasitas 1 hingga 2 GW sudah sangat bagus. “Kami berkomitmen mendukung industri PLTS di Indonesia. Untuk PLTS Atap lebih banyak peluangnya di komersial sebab harga listrik dan konsumsi listriknya yang lebih tinggi. Sedangkan sisi residensial di Indonesia tidak memiliki kebijakan net-metering, tetapi segemn pasr ini cukup menrarik. Akan tetapi konsumen perumahan masih bergantung pada harga listrik PLN yang masih tergolong lebih murah dibanding dengan lisitrik yang berasal dari sistem PLTS Atap,” terang dia.

Lanjut dia, Seraphim berharap pasar PLTS dalam negeri dapat berkembangan sesuai dengan regulasi yang ada sehingga industri PLTS dapat bertumbuh. “Mudah-mudahan dengan adanya green corridor Indonesia-Singapura ke depannya lebih bagus lagi sebab Indonesia harus memiliki kebijakan transisi energi,” pungkas Insan Boy. (*)

 

 

 

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

Berita Lainnya

Index