Iwan Agung Firstantara, Direktur Utama PLN EPI, menjelaskan bahwa salah satu tugas utama perusahaan mereka adalah memastikan pasokan energi primer ke pembangkit listrik. Oleh karena itu, mereka telah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat rantai pasok batu bara. Dengan pengembangan CBF ini, mereka dapat menjamin keberlangsungan pasokan batu bara dengan kalori yang sesuai dengan kebutuhan pembangkit listrik, melalui pencampuran batu bara dengan kalori yang berbeda.
Iwan menekankan bahwa Coal Blending Facility memiliki manfaat besar, yaitu memungkinkan pembangkit listrik untuk mendapatkan batu bara dengan spesifikasi yang optimal sesuai dengan standar boiler mereka. Uji coba yang dilakukan di Cilegon ini juga telah membuktikan bahwa dengan adanya CBF, proses pengisian dan pengosongan batu bara ke pembangkit listrik menjadi lebih efisien, mengurangi waktu perjalanan menjadi hanya 8 jam. Keberadaan CBF yang dekat dengan lokasi pembangkit juga memberikan rasa aman terkait kualitas dan kuantitas pasokan batu bara.
Iwan menjelaskan bahwa PLTU Jawa 7 selama ini membutuhkan batu bara dengan kapasitas 680 ribu metrik ton per bulan dan kalori 4.800. Dengan adanya CBF, mereka dapat melakukan pencampuran batu bara berkualitas rendah dari pemasok mereka dengan batu bara berkualitas tinggi sehingga memenuhi kebutuhan mereka.
Selain memberikan manfaat ekonomi sebesar Rp 27 miliar, CBF juga meningkatkan keamanan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik. Ke depan, Coal Blending Facility ini akan menjadi bisnis baru bagi Anak Perusahaan PLN EPI, yaitu PLN BBN, yang akan menciptakan produk batubara baru sesuai dengan permintaan pasar melalui teknologi penggabungan batu bara.
Selain itu, kerjasama dengan PT Krakatau Bandar Samudera sebagai penyedia layanan penggabungan batu bara dan fasilitas pelabuhan juga memberikan nilai tambah melalui sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). KBS juga berhasil meningkatkan penggunaan aset yang sebelumnya tidak terpakai, memberikan nilai tambah bagi negara.