Listrik Indonesia | PT PLN (Persero) merayakan tonggak bersejarah dengan mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia. GHP ini memiliki kapasitas produksi yang mengesankan, mampu menghasilkan 51 ton green hydrogen atau hidrogen hijau per tahun. Langkah inovatif ini mendapat sambutan positif dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta pelaku industri otomotif, yang tengah berfokus pada pengembangan kendaraan listrik berbasis bahan bakar hidrogen.
Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN, menilai bahwa produksi hidrogen hijau oleh PLN memiliki implikasi besar bagi masa depan energi Indonesia. Kebutuhan hidrogen hijau di negara ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 32,8 juta ton per tahun pada 2060, dengan sebagian besar digunakan dalam sektor transportasi. Bahkan, di tahun 2030, perkiraan produksi kendaraan berbasis hydrogen fuel cell electric vehicle (FCEV) di dalam negeri menambah optimisme.
BRIN sendiri telah merancang prototipe FCEV, termasuk mobil golf dengan fuel cell berbasis polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) 2,5 kilowatt (kW) dan motor penggerak 48VDC/3,7 kW. Menurut Prof. Eniya, hidrogen akan menjadi pilar penting dalam ekonomi Indonesia, dengan potensinya untuk digunakan dalam berbagai sektor, dari pembangkit listrik hingga transportasi.
PLN juga mendapat dukungan dari PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), salah satu manufaktur kendaraan terbesar di Indonesia. Bob Azam, Vice President Director PT TMMIN, menyambut positif inisiatif PLN, menyatakan bahwa hadirnya hidrogen hijau akan membantu menciptakan ekosistem hidrogen yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan bahwa GHP merupakan bukti komitmen PLN dalam menghadapi perubahan energi. Hidrogen hijau juga diidentifikasi sebagai sumber bahan bakar transportasi masa depan. GHP PLN Nusantara Power memproduksi hidrogen hijau dengan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembelian Renewable Energy Certificate (REC) dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang.
Dari total produksi 51 ton hidrogen per tahun, hanya 8 ton digunakan untuk operasional PLTGU Muara Karang, sementara sisanya dapat digunakan dalam berbagai sektor. PLN berencana untuk mengembangkan GHP di 15 pembangkit lainnya dengan potensi produksi hingga 222 ton per tahun, yang dapat menggerakkan banyak kendaraan dengan emisi karbon yang rendah.
Darmawan Prasodjo menyimpulkan, "Hidrogen adalah masa depan transportasi, dan PLN sebagai pemain kunci dalam transisi energi akan terus berkomitmen untuk menyediakan energi bersih bagi masyarakat.***