Listrik Indonesia | Direktur PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail mengatakan bahwa pengembangan budidaya kaliandra merah merupakan kebijakan perusahaan untuk mendukung peralihan ke energi yang lebih berkelanjutan sebagai bagian dari upaya mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 yang telah tetapkan oleh Pemerintah. Hal tersebut ia sampaikan, Rabu (11/11/2023)
PT Bukit Asam telah memulai usaha budidaya kaliandra merah dengan tujuan untuk mengembangkannya sebagai sumber biomassa. Tanaman kaliandra merah ini akan diolah menjadi wood pellet, yang akan digunakan sebagai bahan bakar bersama dengan batu bara (cofiring) dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"PTBA terus menjalankan transformasi untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Kaliandra merah diharapkan dapat menjadi sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Selaras dengan kebijakan Pemerintah mengenai pengurangan emisi," katanya.
Direktur Pengembangan Usaha Bukit Asam, Rafli Yandra, menjelaskan bahwa pemilihan kaliandra merah sebagai tanaman budidaya didasarkan pada sifat kayunya yang memiliki nilai kalor yang tinggi, pertumbuhan yang cepat, kemampuannya untuk tumbuh dalam berbagai kondisi, dan kemampuan regenerasinya yang cepat.
Kaliandra merah juga menyerap karbon dari udara untuk memproduksi biomassa. Dengan mencampurkan biomassa dan batu bara, maka emisi dapat dikurangi," pungkasnya.
Penanaman kaliandra merah di atas lahan seluas 80 hektare ini memiliki potensi untuk mengurangi emisi karbon sebesar 119,18 ton/ha/tahun. Di samping itu, tanaman ini akan berfungsi sebagai penyimpanan biomassa sekitar 11.805 ton yang akan dijadikan wood pellet dengan nilai kalori berkisar antara 4.500 hingga 4.700 kcal/kg. Wood pellet ini diharapkan bisa digunakan dalam proses cofiring di PLTU.
PTBA juga telah melibatkan tim peneliti dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta dalam proyek budidaya kaliandra merah ini.