Current Date: Minggu, 08 Desember 2024

Guru Besar UGM: Pertumbuhan Ekonomi dan Lapangan Kerja Adalah Tujuan Utama Transisi Energi

Guru Besar UGM: Pertumbuhan Ekonomi dan Lapangan Kerja Adalah Tujuan Utama Transisi Energi
Target utama program bauran energi 23% pada tahun 2025 adalah menggerakkan sektor ekonomi Indonesia serta hal-hal yang berkaitan, seperti pertumbuhan lapangan kerja, munculnya industri-industri baru dan partisipasi generasi muda dengan energi terbarukan.

Listrik Indonesia | Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Tumiran, M.Eng mengungkapkan bahwa target utama program bauran energi 23% pada tahun 2025 adalah menggerakkan sektor ekonomi Indonesia serta hal-hal yang berkaitan, seperti pertumbuhan lapangan kerja, munculnya industri-industri baru dan partisipasi generasi muda dengan energi terbarukan. Hal tersebut ia ungkapkan saat menghadiri acara Energy Transition Conference & Exhibition 2023, Jum’at (20/10/2023).

“Berani menerobos 23% itu untuk apa sebenarnya? bukan kita fokus ingin berkontribusi global, itu hanya image yg dibangun, tapi bagaimana sektor energi bisa menggerakkan ekonomi baru Indonesia, itu yang paling penting, menciptakan lapangan kerja baru, munculnya industri-industri baru dan potensi partisipasi generasi muda Indonesia, itu the main subject,” ungkapnya.

Namun, banyak tantangan yang dihadapi dalam menjalankan program transisi energi. Salah satu kendalanya adalah riset yang dilakukan oleh Menristekdikti.

Salah satu poin penting yang pernah ditekankan adalah pentingnya mendukung riset dalam pengembangan energi terbarukan. Terdapat pasal dalam Undang-Undang Energi yang mengamanatkan pendapatan dari energi fosil harus digunakan untuk mendukung penelitian energi terbarukan, dan perlu diterbitkan PP yang mengatur hal ini. Namun, tampaknya pasal ini terlupakan.

“Sampai kita ingatkan salah satu pasal di UU energi itu ada pasal bahwa pengembangan energi terbarukan penelitiannya harus ditopang oleh pendapatan energi fosil dan harus dibuatkan PP, ada pasal itu,” jelasnya.

“Saya teringat sekali waktu itu sampaikan ke pak Menristekdikti untuk disusun, tapi kelihatannya lupa, lupanya apa? kita berkembang euforia global yg kita lupakan apa yg harusnya kita persiapkan.” tegasnya

Walaupun banyak penelitian dan jurnal yang telah dihasilkan oleh perguruan tinggi di Indonesia, namun penelitian yang membahas mengenai inverter dalam negeri masih terlihat langka. 

“Kalau kita lihat tulisan orang Indonesia banyak, jurnal banyak, tapi dari jurnal itu apa yg sudah dihasilkan sebagai produk hilirisasi, berapa sih kita petakan? ada hasil hilirisasi daripada implementasi untuk pengembangan energi terbarukan, kita bisa bertanya, ada ga industri inverter di Indonesia yg sudah jadi?”

Beberapa upaya pernah dilakukan, seperti dorongan kepada PT Land untuk melakukan riset dalam pembuatan inverter guna memasok listrik ke daerah terpencil di Indonesia dan mendorong pemerintah untuk membeli alat tersebut.

“Yang sangat ingat waktu kami di DEN dulu pernah mendorong PT land untuk research membuat inverter untuk membantu melistriki daerah Indonesia tertinggal, didorong, riset jadi dikerjakan temen-temen peneliti ITB, kita kasih masukan ke pemerintah beli lah itu produk” katanya

Namun, karena ketidaksesuaian dengan spesifikasi tertentu, produk ini tidak bisa digunakan, dan perusahaan tersebut terpaksa ditutup setelah menghabiskan dana yang cukup besar untuk riset produk tersebut.

“Tapi keluar ketentuan ada spesifikasi yang ga bisa dipenuhi, ga jadi dipakai, alhasil mereka sekarang ga ada lagi, ditutup itu, karena sudah mengeluarkan puluhan miliar untuk research produk itu,” pungkasnya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#EBT

Index

Berita Lainnya

Index