Listrik Indonesia | Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki tingkat ketahanan energi yang kuat dan menunjukkan tren peningkatan yang positif dalam aspek ketahanan energi. Hal tersebut ia ungkapkan Selasa, (31/10/2023).
Hal ini berdasarkan perubahan indeks ketahanan energi Indonesia dari tahun 2014 hingga 2022 yang diukur oleh para ahli dengan mempertimbangkan empat aspek penting, yaitu ketersediaan (availability), aksesibilitas (accessibility), keterjangkauan (affordability), dan penerimaan (acceptability), yang mencapai skor 6,61.
"Alhamdulilah para profesor para expert menghitung indeks ketahanan energi kita hasil hitungannya 6,61 artinya kategori tahan. Memang belum masuk dalam kategori sangat tahan karena kita masih mengimpor minyak mentah dalam bahan baku kilang seperti lpg yang sangat besar," ungkapnya.
Djoko menambahkan bahwa indeks tersebut terbukti lebih baik ketika dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah mengalami krisis energi, terutama dalam sektor gas dan batu bara.
Salah satu buktinya adalah kemampuan Indonesia untuk menjaga pasokan listrik yang dapat beroperasi selama 24 jam penuh tanpa henti. Oleh karena itu, Djoko mendorong Indonesia untuk meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan guna menghindari krisis energi fosil di tingkat global.
Djoko menggarisbawahi keberuntungan Indonesia karena memiliki beragam sumber energi, baik fosil maupun non-fosil, seperti batu bara dan sumber panas bumi terbesar di dunia. Hal ini memberikan Indonesia potensi yang besar dalam mengatasi tantangan energi di masa depan.
"Kita harus bersyukur tinggal di Indonesia karena banyak dikaruniai energi fosil dan non fosil seperti batu bara dan geothermal terbesar dunia," pungkasnya.
Sebagai catatan, dalam mengukur indeks ketahanan energi, para pakar energi mempertimbangkan empat aspek penting: ketersediaan sumber energi (availability), kemampuan untuk mengaksesnya (accessibility), keterjangkauan biaya investasi energi (affordability), serta aspek penerimaan masyarakat terhadap penggunaan energi yang ramah lingkungan (acceptability).