Listrik Indonesia | Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ratno Nuryadi memberikan dukungan penuh pada program pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Pengembangan Kompetensi - Kedeputian Sumber Daya Manajemen Iptek BRIN. Hal tersebut ia ungkapkan di acara Seminar Akhir dan Penutupan Program Pengembangan Kompetensi SDM PT PLN Indonesia Power dalam Rangka Penguasaan Teknologi Baterai Litium untuk Aplikasi Penyimpanan Energi, di Kawasan Sains dan Teknologi B.J Habibie, Tangerang Selatan, Selasa (07/11/2023).
Ratno berharap bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh peserta program ini akan memberikan manfaat yang besar di dunia industri, khususnya dalam pengembangan produk baterai. Dia menekankan bahwa hasil dari program pelatihan ini akan terus mendukung pengembangan teknologi baterai litium, membantu Indonesia dalam mengurangi emisi karbon, dan memajukan sektor energi berkelanjutan.
“Hasil program ini terus mendukung pengembangan teknologi baterai litium, membantu Indonesia mengurangi emisi karbon, dan memajukan sektor energi berkelanjutan,” katanya.
Selama Seminar Akhir, Ratno mengapresiasi antusiasme dan semangat eksplorasi para peserta. Dia berharap pengalaman ini akan menjadi panduan berharga dalam pengembangan teknologi baterai litium di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT PLN Indonesia Power yang diwakili oleh Kepala Satuan Teknologi Development dan Aset Manajemen, Tarwaji, mengungkapkan bahwa salah satu fokus riset di PLN adalah pengembangan pembangkit, analisis primer, dan teknologi pendukung yang berkaitan dengan penyimpanan energi, terutama baterai penyimpanan energi listrik.
Selama hampir sembilan bulan pelatihan, terhitung sejak 6 Februari s/d 7 November 2023, delapan siswa berhasil menguasai teori dan praktik riset tentang baterai penyimpanan energi listrik. Mereka berhasil menghasilkan baterai pilot dengan teknologi yang lebih unggul dibandingkan baterai ion litium yang umumnya beredar di pasar. Baterai ion litium ini memiliki kapasitas energi yang lebih besar dengan ukuran dan berat yang sama, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan.
“Para siswa telah menghasilkan baterai pilot dengan teknologi canggih yang unggul dibandingkan baterai ion litium yang beredar di pasar. Baterai ion litium memiliki kapasitas energi lebih besar dengan ukuran dan berat yang sama, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan,” jelasnya.
Tarwaji juga mengingatkan bahwa para siswa ini akan segera terlibat dalam mendirikan start-up untuk memproduksi baterai tersebut, dengan tujuan mengaplikasikannya dalam sistem isolated hybrid power plant.
Salah satu peserta program, Gerry M. Napitupulu, menghargai pengalaman pelatihan di BRIN dan berharap agar kerja sama antara BRIN dan PLN Indonesia Power dapat terus berlanjut untuk pertukaran ilmu yang bermanfaat bagi industri dan menciptakan hubungan simbiosis mutualisme.
“Kami diajari teori dan panduan praktis oleh pengajar kompeten di BRIN. Mereka membimbing kami dalam menyelesaikan permasalahan lapangan, mengajarkan menghindari kesalahan, dengan kooperatif, serta fasilitas yang memadai dari pengajar dan admin semester satu,” ungkapnya.
Penyimpanan energi (energy storage) dianggap sebagai elemen kunci dalam peralihan menuju sumber energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kepemilikan dan penguasaan teknologi baterai litium dianggap sebagai langkah penting dalam memastikan kemandirian dalam menyimpan dan mendistribusikan energi yang efisien dan bersih.
