Listrik Indonesia | Indonesia berhasil menguasai pasar global batu bara dengan strategi yang menitikberatkan pada faktor harga dan keunggulan geografis. Melalui harga dan biaya pengiriman yang lebih rendah, Indonesia berhasil mencuri perhatian pasar global, khususnya Negara China dan India sebagai pemasok utama bahan bakar listrik beremisi tinggi.
Menurut London Stock Exchange Group (LSEG), kunci pertumbuhan pangsa pasar Indonesia terletak pada harga batu bara yang relatif rendah dibandingkan dengan pesaingnya, terutama Australia. Batu bara Indonesia dengan nilai kalori 4.200 kilokalori per kilogram (kkal/g) mematok harga rata-rata sekitar US$65 per ton pada 2023. Di sisi lain, batu bara dari Newcastle, Australia, dengan kalori 6.200 kkal/kg mencapai rata-rata US$184 per ton.
Berdasarkan data Kpler, Indonesia mencatatkan ekspor batu bara global lebih dari 50% selama Januari hingga Oktober 2023, membuat Indonesia menjadi eksportir terbesar bahan bakar listrik beremisi tinggi. Angka ekspor mencapai lebih dari 413 juta metrik ton selama sepuluh bulan pertama tahun ini.
Salah satu daya tarik utama Indonesia adalah keunggulan biaya pengiriman, terutama ke konsumen batu bara terbesar, yaitu China dan India. Shanghai Shipping Exchange melaporkan bahwa biaya pengiriman satu ton batu bara dari Indonesia ke China saat ini berkisar US$8-US$10, dibandingkan dengan US$14-US$15 per ton untuk pengiriman dari Australia.
Meskipun harga batu bara Australia mencapai level terendah sejak pertengahan 2021, perusahaan listrik yang tetap fokus pada efisiensi biaya masih memilih batu bara Indonesia. Strategi ini diyakini akan membawa Indonesia memecahkan rekor ekspor batu bara untuk seluruh tahun 2023.
Dengan pangsa pasar yang terus meningkat dan posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekspor batu bara, negara ini berhasil menjaga keunggulan kompetitifnya dalam industri ini.