Listrik Indonesia | Presiden Jokowi baru-baru ini meresmikan PLTS Terapung Cirata, langkah monumental Indonesia menuju energi terbarukan. Meskipun begitu, perlu dicermati keuntungan dan kerugian PLTS dalam perbandingan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
PLTS, meskipun berpotensi menjadi solusi ramah lingkungan, masih belum menjadi pilihan utama sebagai sumber energi di Indonesia. PLTU yang mengandalkan batu bara mendominasi pasokan energi tanah air. Dalam konteks ini, kita perlu merinci plus dan minus PLTS agar bisa memahami posisinya sebagai pasokan alternatif.
Kelebihan PLTS:
1. Sumber Energi Terbarukan: PLTS memanfaatkan matahari sebagai sumber daya tak terbatas.
2. Penghematan Tagihan Listrik: Dengan PLTS, tagihan listrik bulanan bisa turun, menghasilkan potensi penghematan bagi rumah tangga.
3. Produksi Listrik Lebih Banyak: PLTS memiliki potensi untuk menghasilkan lebih banyak listrik, bahkan dengan kemungkinan untuk diekspor ke PLN.
4. Penggunaan Serbaguna: Selain untuk listrik, energi matahari dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk menyaring air bersih dan menggerakkan satelit di luar angkasa.
Kekurangan PLTS:
1. Biaya Awal Tinggi: Biaya pembangunan PLTS relatif tinggi karena melibatkan komponen-komponen mahal seperti panel surya, inverter, baterai, dan lainnya.
2. Ketergantungan pada Cuaca: Efisiensi PLTS tergantung pada kondisi cuaca, dengan penurunan efisiensi pada hari mendung.
3. Biaya Penyimpanan Energi: Meskipun penyimpanan energi matahari ke baterai merupakan solusi yang tepat, biayanya tinggi dan menjadi hambatan untuk penggunaan massal.
4. Dampak Lingkungan: Proses pembuatan panel surya dapat menghasilkan limbah dan polusi, meskipun dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dengan PLTN dan PLTU.
Meski demikian, peresmian PLTS Terapung Cirata menunjukkan langkah konkret Indonesia menuju diversifikasi energi dan mendukung inisiatif perubahan iklim global. Dalam melangkah ke masa depan, pemahaman menyeluruh mengenai plus dan minus PLTS akan menjadi kunci untuk memutuskan peran dan integrasinya dalam peta energi nasional.