LISTRIK INDONESIA | Pakar Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, Widodo Setiyo Pranowo, menyoroti keputusan Pemerintah Jepang untuk membuang air limbah nuklir Fukushima ke laut. Widodo menekankan perlunya pemerintah Indonesia untuk waspada dan melakukan kajian mendalam terhadap dampak dari tindakan tersebut. Hal tersebut ia ungkapkan, Kamis (09/11/2023).
Menurutnya, pemerintah Indonesia harus aktif mencari tahu bentuk limbah yang telah dibuang ke laut, karena karakteristik limbah tersebut dapat berpengaruh terhadap potensi pencemaran ekosistem kelautan.
"Kekhawatiran yang pertama, apabila limbah nuklir dalam bentuk cair (liquid) maka probabilitas disebarkan oleh arus kemudian mencemari kemana-mana bisa terjadi," ungkapnya.
Widodo juga memperingatkan bahwa jika limbah nuklir telah ditempatkan dalam drum atau kontainer, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui drum tersebut dibuang ke kedalaman berapa kilometer untuk mengantisipasi kebocoran.
"Atau, apabila limbah nuklir sudah ditempatkan pada drum atau kontainer tertutup rapat, maka pertanyaan riset yang muncul adalah kontainer/drum tersebut dibuang ke dasar laut dengan kedalaman berapa kilometer. Dikhawatirkan, drum/kontainer bisa 'leaking' karena mendapatkan tekanan yang melebihi kapasitasnya, kemudian terjadi kebocoran," jelasnya.
Ahli lingkungan yang menjabat sebagai Kepala Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Muhammad Dhandang Purwadi juga menyuarakan pendapatnya terhadap dampak kesehatan manusia akibat pembuangan air limbah nuklir. Paparan radiasi dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker dan gangguan tiroid.
Dhandang menyoroti temuan pada tahun 2019 tentang adanya bahan radioaktif pada produk kosmetik Jepang, khususnya maskara dan eyeliner, yang mengandung isotop tritium. Tritium, isotop hidrogen dalam bentuk cair, menjadi perhatian serius karena paparan radiasinya dapat berdampak pada kesehatan manusia.
"Produk kosmetik yang mengandung tritium menjadi perhatian serius, karena radiasi ini dapat berdampak pada kesehatan manusia, terutama oleh wanita yang menggunakan komestik sehari-hari, dan jika terkontaminasi oleh tritium, maka manusia akan terus-menerus terpapar radiasi ini," ujarnya.
Dalam konteks ini, Dhandang menyarankan agar pemerintah Indonesia mempertimbangkan larangan impor makanan dan kosmetik dari Jepang sebagai tindakan proaktif untuk melindungi kesehatan masyarakat. Temuan bahan radioaktif pada produk kosmetik pada tahun 2019 menjadi catatan penting yang perlu diperhatikan dalam mengambil langkah-langkah pencegahan.