Listrik Indonesia | Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Yudo Dwinanda, mengungkapkan bahwa capaian bauran energi baru terbarukan (EBT) hingga semester I tahun 2023 baru mencapai 12,5%, masih di bawah target nasional sebesar 17,9%. hal tersebut ia ungkapkan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI pada Rabu (15/11).
Dalam menjelaskan paparannya, Dwinanda menekankan perlunya strategi dan upaya peningkatan bauran EBT untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
“Tapi tentunya kalau kita bicara di sini, kita punya strategi sekarang perlu upaya peningkatan bauran EBT untuk mencapai target itu,” katanya.
Salah satu strategi utama yang diusulkan adalah penambahan kapasitas pembangkit EBT sesuai dengan Rencana Umum Pembangunan Tenaga Listrik (RUPTL) dan memastikan commercial operation date (COD) tepat waktu.
Selain itu, Kementerian ESDM juga berkomitmen untuk mendorong percepatan proses pengadaan dengan fokus pada pemanfaatan bendungan PUPR, baik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) maupun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung.
- Baca Juga Bank Jerman Biayai EBT Indonesia
“Kami akan dorong pemanfaatan bendungan PUPR baik untuk PLTA maupun PLTS Terapung,” tambahnya.
Strategi kedua yang diusulkan melibatkan implementasi program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan target mencapai 3,37 gigawatt pada tahun 2025. Selain itu, Kementerian ESDM akan menjalankan program mandatori B35/B40 dengan target produksi biodiesel sebesar 13,9 juta kiloliter pada tahun yang sama. Program Co-Firing Biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan target penggunaan 10,2 juta ton biomassa pada tahun 2025 juga menjadi fokus pemerintah.
Pihak Kementerian ESDM juga akan melaksanakan program mandatori manajemen energi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2023 tentang Konservasi Energi. Selain itu, ekspansi Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) pada peralatan pemanfaat listrik akan menjadi bagian dari strategi untuk mencapai target bauran EBT yang lebih tinggi.
“Lalu pemanfaatan EBT off grid, penyediaan akses energi modern melalui EBT di lokasi 3T. Eksplorasi panas bumi oleh Pemerintah dan pemanfaatan langsung EBT Non Listrik,” pungkasnya.