PLN dan Perusahaan Swasta Siap-Siap Rebutan “Durian Runtuh” Bisnis PLTS

PLN dan Perusahaan Swasta Siap-Siap Rebutan “Durian Runtuh” Bisnis PLTS
ESDM menargetkan kapasitas terpasang pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 700 Gigawatt (GW) pada tahun 2060, dengan sebagian besar kebutuhan tersebut dipenuhi dari PLTS.

Listrik Indonesia | PT PLN telah memproyeksikan potensi keuntungan sebesar Rp 2,6 triliun hingga tahun 2027 dari bisnis penjualan panel surya atap. Proyek ini dijalankan oleh anak perusahaan PLN, PT PLN Icon Plus yang menerapkan strategi bundling dengan layanan smart green solution ke sektor kawasan industri dan perumahan.

Selain PLN, bisnis panel surya atap semakin menarik perhatian perusahaan swasta, banyak diantaranya mengejar keuntungan jangka panjang dari pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). 

Ketua Indonesia Center for Renewable Energy Studies (ICRES), Surya Darma, menyatakan bahwa perusahaan seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Adaro-Medco-TBS Energy, dan Sinar Mas telah terlibat dalam bisnis PLTS, baik melalui pemasangan maupun pembangunan pabrik. Hal tersebut ia ungkapkan, Sabtu (18/11/2023).

“Mereka sebagai pelaku bisnis selalu berusaha pada sektor yang akan menguntungkan baik secara finansial maupun secara branding image,” ungkapnya.

Ekspansi bisnis ke sektor hijau semakin marak sejak Konferensi Perubahan Iklim COP21 di Paris dan COP26 di Glasgow. Hampir semua negara, termasuk Indonesia, memiliki komitmen transisi energi untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2050. Indonesia sendiri telah mencanangkan target NZE pada tahun 2060.

Dalam rangka mendukung transisi energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2022, yang mencakup penghentian pembangunan pembangkit batubara dan pemensiunan PLTU. Sebagai gantinya, pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) akan semakin masif, dengan energi surya dianggap sebagai pemain utama.

“Pelaksanaan transisi energi ini akan banyak melibatkan peran energi surya,” katanya.

Analis Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna, menambahkan bahwa permintaan publik untuk memasang PLTS semakin meningkat, terutama dari sektor komersil dan industri.

“Tetapi kejelasan lebih tentunya diperlukan mengingat target pemerintah masih perlu ditingkatkan beserta konsistensi regulasi,” ujarnya.

Meskipun PLN terlibat dalam bisnis PLTS Atap, Adhiguna menyoroti pentingnya memberikan ruang yang cukup pada sektor swasta dalam transisi energi, karena tidak dapat hanya bertumpu pada PLN.

Surya Darma menyatakan bahwa pertimbangan perusahaan-perusahaan ini untuk masuk ke sektor PLTS disebabkan oleh potensi besar penjualan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan kapasitas terpasang pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 700 Gigawatt (GW) pada tahun 2060, dengan sebagian besar kebutuhan tersebut dipenuhi dari PLTS.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Energi Terbarukan

Index

Berita Lainnya

Index