Listrik Indonesia | Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengungkapkan bahwa pemakaian batu bara sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik di Indonesia diproyeksikan akan berlanjut hingga tahun 2057. Proyeksi ini berkaitan dengan selesainya masa kontrak penggunaan batu bara oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berjangka waktu 25 hingga 30-an tahun. Hal tersebut ia ungkapkan, Rabu (29/11/2023).
"Ini puncaknya (2030-2035). Setelah ini akan melandai, akan melandai sejalan dengan PLTU yang sudah selesai masa kontraknya, tahun 2057 itu selesai semuanya yang kontrak dengan PLN," ungkapnya.
Pemerintah saat ini memandang penggunaan batu bara sebagai langkah untuk menyediakan energi demi meningkatkan ketahanan energi di dalam negeri. Meskipun demikian, Dadan menekankan komitmen pemerintah untuk beralih ke sumber energi baru dan terbarukan (EBT) guna mengurangi dampak lingkungan.
"Dari energi terbarukan kita punya banyak juga, teknologi sekarang semakin berkembang ke sana, secara keekonomian juga untuk beberapa jenis energi terbarukan ini sudah bisa bersaing sudah dalam arti kata, ini sudah lebih murah dibandingkan dengan pembangkit fosil itu yang sekarang kita lakukan," katanya..
Sementara itu, produksi batu bara Indonesia terus mengalami peningkatan. Kementerian ESDM mencatat bahwa produksi batu bara di Indonesia mencapai 686 juta ton hingga 29 November 2023, mencapai 98% dari target produksi nasional yang sebesar 694 juta ton dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Dony Maryadi Oekon, mengumumkan bahwa proses pensiun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara akan segera dimulai secara bertahap. Sebagai gantinya, penggunaan batu bara akan digantikan dengan energi baru dan terbarukan (EBT). Hal ini ia sampaikan di Kompleks DPR RI, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
“Phase out batu bara akan berawal di 2025. Phase out ya. Jadi batu bara ini saat ini di dalam grid kita ini ada 60 ribu, hampir 70%, itu emisinya dari batu bara. Kalau kita bicara emisi karbon nah ini kita harus mengurangi batu bara,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa proses pensiun PLTU berbasis batu bara bukan suntik mati langsung, tetapi proses konversi dari batu bara ke sumber energi alternatif.
“Jadi suntik mati sih engga, tapi perlahan kita convert dari batu bara ke gas atau ke energi yang lain. Nah itu akan terjadi tahun 2025,” jelasnya.
Proses fase awal mengurangi emisi dari batu bara dimulai pada tahun 2025 berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada agenda "Hannover Messe", di Jerman beberapa waktu lalu yang menegaskan rencana menutup PLTU berbasis batu bara pada tahun 2050.
“Jadi, kemarin ada kesalahan statement Presiden Jokowi di Jerman yang mengatakan 2025 akan ditutup semua itu salah. Statement itu akhirnya diklarifikasi oleh kepresidenan bahwasanya mulai phase out kita di 2025,” tambahnya.