Listrik Indonesia | Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengusulkan pemberian insentif sebagai dukungan untuk pengembangan bioetanol di dalam negeri kepada Presiden Joko Widodo. Usulan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing pengembangan bioetanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (28/11/2023).
Satya juga menyoroti beberapa permasalahan di Indonesia yang perlu segera diselesaikan untuk mendukung pengembangan bioetanol. Salah satu isu yang dia soroti adalah pungutan bea cukai untuk etanol fuel grade yang akan digunakan sebagai campuran BBM. Menurutnya, kondisi ini dapat menjadi hambatan serius bagi rencana pengembangan bahan bakar hijau.
"Insya Allah kita akan laporkan bapak Presiden di dalam sidang anggota dan sidang paripurna Dewan Energi Nasional (DEN) untuk masalah ini," ungkapnya.
Selain itu, Indonesia memiliki target produksi bioetanol dari tanaman tebu sebesar 1,2 juta kiloliter (KL) per tahun pada 2030. Target ini tercantum dalam peta jalan yang diamanatkan oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
"Itu kita tahun 2030 menargetkan bioetanol sebesar 1,2 juta KL luar biasa kan cukup besar sekali," katanya.
Namun, produksi bioetanol di dalam negeri saat ini masih terbatas, hanya mencapai sekitar 40 ribu KL per tahun. Oleh karena itu, Satya menekankan perlunya penambahan areal lahan perkebunan tebu untuk memenuhi kebutuhan produksi bioetanol yang ambisius tersebut.