Listrik Indonesia | Sebuah draf terbaru hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP 28) menunjukkan bahwa belum ada kesepakatan global untuk menghentikan penggunaan sumber daya alam fosil seperti batu bara dan minyak. Draf tersebut hanya mencantumkan komitmen untuk "mengurangi" penggunaan bahan bakar fosil, hal tersebut membuktikan penggunaan bahan bakar fosil masih akan digunakan, meskipun dalam jumlah yang lebih rendah dari sebelumnya. Informasi tersebut penulis himpun, Kamis (14/12/2023).
Draf terbaru mencakup delapan opsi bagi negara-negara untuk mengurangi emisi, termasuk mengurangi konsumsi dan produksi bahan bakar fosil dengan cara yang adil, teratur, dan merata, dengan tujuan mencapai nol emisi pada, sebelum, atau sekitar tahun 2050.
Juga ada beberapa opsi lain berupa, peningkatan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada tahun 2030, pengurangan penggunaan batu bara secara bertahap, dan pengembangan teknologi untuk menangkap emisi CO2 agar tidak mencemari atmosfer. Namun, kesepakatan tersebut tidak mengacu pada "penghentian" bahan bakar fosil secara eksplisit.
Utusan Khusus AS untuk Perubahan Iklim, John Kerry, menyatakan bahwa perjanjian tersebut perlu diperkuat. Ia mencatat bahwa masih banyak pihak yang mendesak dunia untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, dan ini harus dimulai dengan pengurangan signifikan dalam dekade ini. Hal tersebut ia ungkapkan, Rabu (13/12/2023)
"Kita tidak berada pada posisi yang seharusnya dalam hal teks. Banyak dari kita yang menyerukan dunia untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, dan hal itu dimulai dengan pengurangan yang signifikan pada dekade ini," ungkapnya.
Terkait China, yang saat ini menjadi produsen gas rumah kaca terbesar di dunia, belum jelas apakah mendukung draf kesepakatan COP 28. Delegasi China, termasuk utusan utama Xie Zhenhua, tidak memberikan tanggapan saat meninggalkan paviliun mereka, meskipun beberapa poin dalam dokumen sejalan dengan posisi kebijakan China sebelumnya.
Perjanjian Sunnylands antara China dan Amerika Serikat pada November lalu, yang mendukung substitusi cepat batu bara, minyak, dan gas dengan sumber energi terbarukan, juga menjadi pertimbangan. Sejumlah negara, termasuk Arab Saudi, menegaskan bahwa kesepakatan COP28 seharusnya tidak memilih-milih sumber energi, melainkan fokus pada pengurangan emisi.
Kesepakatan ini harus disahkan melalui konsensus di antara hampir 200 negara yang hadir dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim.
.jpg)
