Listrik Indonesia | Praktisi Migas, Widhyawan Prawiraatmadja memproyeksikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) di Indonesia akan didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Hal ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk menggunakan energi bersih dalam produksi listrik. Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara "Menanti Arah Pemimpin Baru di Sektor Migas" pada Kamis (01/02/2024).
"Jadi pilihannya apa? gas. Gas ini menjadi jembatan sebelum kita bisa gede-gedean ke renewable karena renewable yang selain baseload tadi kan opsinya yaitu angin dan surya yang gak terus-terusan ada, itu harus ada yang mengimbangi, yang bisa mengimbangi dengan cepat ya kembali lagi gas," ungkapnya
Menurutnya, PLN memiliki beberapa opsi pembangkit yang dapat menggantikan PLTU batu bara, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Namun, kapasitas PLTP di Indonesia dianggap terlalu kecil jika dibandingkan dengan PLTU.
"Sarulla 300'an MW, itu kan biasanya 55 MW, 60 MW, ya kapan nyampenya gitu untuk ke 1.000 MW. Belum mengenai waktu eksplorasi dan segala macemnya, jadi geothermal bagus tapi ada isu di situ," katanya.
Widhyawan juga menyebut bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) juga belum mampu menggantikan kapasitas PLTU yang besar.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) sedang merancang perubahan RUPTL bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang diperkirakan akan berlaku hingga tahun 2040.
