Hidrogen Hijau, Game Changer Transisi Energi

Hidrogen Hijau, Game Changer Transisi Energi
Saat ini PT ABB Sakti Industri melirik hidrogen hijau karena dianggap sebagai ‘game changer’ dalam transisi energi.

Listrik Indonesia | Gairah pembangunan di sektor ketenagalistrikan Indonesia memberikan sinyal positif bagi perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, infrastruktur, serta penyedia barang dan jasa. Hal inilah yang dilirik PT ABB Sakti Industri dalam menancapkan kaki bisnisnya di Indonesia.

Ada peluang besar yang bisa digarap dari perusahaan yang bergerak di bidang EPC (Engineering, Procurement, and Construction) tatkala pemerintah menyerukan untuk melaksanakan program transisi energi dan hilirisasi. Dua kegiatan besar itulah (transisi dan hilirisasi) yang dianggap sebagai pintu masuk bagi perusahaan EPC dan juga mitranya untuk mengambil cuan di sana.

Peluang itu pun semakin gurih manakala PSN (Proyek Strategis Nasional) digelontarkan baru-baru ini. PSN tersebut di antaranya menyangkut sektor jalan, pelabuhan, kereta api, bandar udara, bendungan, energi, listrik, dan telekomunikasi.

PT ABB Sakti Industri yang dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi otomasi dan elektrifikasi menyambut gembira adanya program transisi energi di Indonesia. Pasalnya dalam beberapa proyek strategis, misalnya proyek pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT), ABB kerap memberikan kontribusi melalui kemitraan dengan sejumlah perusahaan EPC.

Beberapa tahun lalu, salah satu bisnis ABB bergerak dalam bidang EPC yang mengerjakan proyek end to end mulai dari desain, pengadaan barang, hingga tahap konstruksi. Namun sejak  2014, dalam program “Step Change”, ABB mengubah model bisnisnya dengan tidak lagi terlibat sebagai EPC. Dan memilih  fokus pada bisnis teknologi otomasi dan elektrifikasi, serta menjadi mitra berbagai perusahaan EPC.

“Kami dulu bertindak sebagai perusahaan EPC dalam beberapa proyek, tapi kini kami fokus pada bisnis teknologi produk dan solusi termasuk digital, khususnya automation dan elektrifikasi. Tentunya kami juga tetap bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan EPC sebagai mitra bisnis kami,” terang Ken Yap, Vice President Electrification Commercial Electrification Indonesia, ketika diwawancarai Listrik Indonesia di kantornya beberapa waktu lalu.

Menurut Ken, saat ini ABB fokus pada bisnis yang berkaitan dengan kelistrikan. Itu adalah langkah perubahan ABB, karena tidak lagi berkecimpung di bisnis EPC. Katanya langkah perubahan itu membuat ABB beralih ke spesialis produk dan solusi kelistrikan.

Ketika ditanya apa yang menjadi produk spesialis ABB, dengan tegas Ken menjawab automation (mesin yang sudah diprogram untuk menghasilkan produk tertentu atau menyelesaikan proses produksi yang sudah khusus dibuat) dan elektrifikasi. “Untuk proses elektrifikasi, kami menawarkan berbagai tipe switchgear, baik LV dan MV atau tegangan menengah 33 killowatt ke bawah, serta solusi digital,” ucap Ken.  Dalam sistem distribusi daya, switchgear digunakan untuk mengontrol, melindungi, dan mengisolasi peralatan listrik guna memastikan keandalan pasokan listrik.

Sedangkan dalam hal automation, ABB menawarkan beragam produk seperti motor, drives, robot, building automation, dan masih banyak lagi. Termasuk teknologi digital yang mendukung aplikasi di berbagai sektor industri seperti migas, pertambangan, pulp and paper, bangunan, transportasi dan lain sebagainya.

 

Lirik Hidrogen

Dalam berbagai kesempatan, ABB banyak menjalin kerja sama strategis, termasuk dengan PT PLN (Persero) dalam mengembangkan electric vehicle ecosystem melalui solusi infrastruktur pengisi daya kendaraan listrik (EV charger). Kerja sama ini menggabungkan jaringan PLN dengan teknologi ABB untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Terkait upaya pemerintah Indonesia mendorong hidrogen sebagai salah satu sumber energi (energy carier) guna mengakselerasi transisi energi dan upaya dekarbonisasi sistem energi global, ABB juga sudah mengambil perannya secara jelas.

Menurut Ken, sebagai negara kepulauan dengan berbagai sumber daya energi terbarukan yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan hidrogen hijau yang menjadi salah satu pilar utama dalam transisi energi untuk mencapai ‘Net Zero Emission’ (NZE) di tahun 2060.

“Hidrogen hijau adalah ‘game changer’ dalam transisi energi dan ABB menawarkan berbagai teknologi yang mendukung penggunaan sumber energi ini ,” tegas Ken.

Menurut Ken, ABB secara aktif bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mengembangkan solusi terkait elektroliser yang diharapkan dapat membantu menurunkan biaya produksi hidrogen ramah lingkungan, yang merupakan faktor kunci untuk mempercepat penerapannya.

Elecktroliser adalah suatu mesin atau alat yang memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang diproduksi melalui proses elektrolisis termasuk dalam sumber energi bersih dan ramah lingkungan.

”Saat ini, biaya produksi hidrogen masih belum bisa dikatakan cost effective, namun kami percaya seiring berkembangnya teknologi, biaya tersebut akan lebih terjangkau,” ujar Ken. Dia mengilustrasikan bahwa dulu panel surya di awal biayanya mahal sehingga sedikit yang berinvestasi, tapi sekarang sudah lebih murah katanya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

Berita Lainnya

Index