Listrik Indonesia | PT High Volt Technology (HVT) telah resmi menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PLN Unit Induk Distribusi. Kerja sama ini bertujuan untuk pengembangan dan penyediaan infrastruktur pengisian kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV), yang merupakan langkah strategis dalam mendukung perkembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Direktur Utama PT High Volt Technology, Cawir Ginting, menjelaskan bahwa HVT akan bekerja sama dengan berbagai unit distribusi PLN, termasuk UID Banten. Salah satu proyek mereka adalah penambahan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Mall Tangsel City dan Rest Area KM 18.
Dalam kerja sama ini, HVT bertanggung jawab menyediakan unit charger, pemasangan, operasi, dan pemeliharaan. Sementara itu, PLN akan menyediakan daya listrik sesuai kebutuhan charger dan aplikasi pendukung. Cawir juga menambahkan bahwa mereka melakukan berbagai bentuk kerja sama terkait lahan, seperti pencarian, sewa, dan pembagian hasil investasi.
HVT sendiri mengambil segmen pasar Fast Charging dan Ultra Fast Charging. Cawir menjelaskan bahwa durasi pengecasan menggunakan dua jenis charging station tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Pertama, kapasitas baterai mobil yang diukur dalam kilowatt-hour (kWh). Semakin besar kapasitas baterai, semakin lama waktu pengisian yang diperlukan.
Kedua, kecepatan pengisian yang ditawarkan oleh charger atau stasiun pengisian juga berdampak pada waktu pengisian. Ketiga, kemampuan mobil dalam menerima daya pengisian, karena setiap mobil memiliki batasan yang berbeda.
"Sebagai contoh, Hyundai Kona maksimal hanya mampu menerima daya sebesar 50 kW, meskipun charger yang digunakan memiliki kapasitas 200 kW. Namun, mobil listrik terbaru mampu menerima daya pengisian yang lebih besar, bahkan melebihi 200 kW. Untuk menghitung estimasi waktu pengisian, Anda dapat membagi kapasitas charger dengan kapasitas baterai mobil. Misalnya, jika charger memiliki kapasitas 200 kW dan baterai mobil 50 kWh, waktu pengisian penuh sekitar 25 menit," jelas Cawir.
Untuk pasar Indonesia, HVT telah menyediakan berbagai jenis konektor (nozzle) untuk pengisian kendaraan listrik, seperti CCS2 untuk pengisian cepat dan Type 2 untuk pengisian AC. Mobil-mobil dari Jepang umumnya menggunakan CHAdeMO, sementara mobil dari Cina menggunakan GBT. HVT telah menyediakan konektor untuk semua jenis mobil ini di Indonesia, dengan dominasi saat ini oleh konektor CCS2 dan Type 2.
Dirut dan Direksi PLN Menjajal Charging Station HVT
Genjot SPKLU
Pada akhir tahun 2024, HVT akan memiliki 50 unit SPKLU di 50 lokasi yang berbeda. Bahkan dalam roadmap rencana untuk 5 tahun ke depan, HVT menargetkan untuk memasang SPKLU di sekitar 1.000 lokasi di seluruh Indonesia.
Menurut Cawir, meskipun saat ini masih menghadapi tantangan dalam hal kelayakan bisnis, mereka tetap berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur SPKLU. “Selain PLN dan Pertamina, HVT juga telah diberi izin sebagai operator SPKLU yang dapat melayani dan menjual kWh kepada pelanggan,” terangnya.
Kami berharap pemerintah dapat menciptakan suasana yang kondusif dan memberikan insentif yang memadai, baik dari segi tarif maupun biaya layanan. Selain itu, bantuan pemerintah melalui kebijakan yang meringankan biaya penyambungan dan penghapusan biaya beban akan sangat membantu kami, para pelaku bisnis SPKLU.
