Pengembangan Bioetanol sebagai Solusi Kurangi Impor BBM

Pengembangan Bioetanol sebagai Solusi Kurangi Impor BBM
Pertalite. (Dok: @Pertamina)

Listrik Indonesia | Pemerintah terus berupaya mengembangkan bioetanol sebagai campuran pada Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin dengan harapan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM. Selain menekan angka impor BBM yang selama ini membebani keuangan negara, penggunaan bioetanol juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

Luhut Binsar Pandjaitan, melalui akun Instagramnya pada Rabu (10/7/2024), menyatakan bahwa pemerintah berencana segera menggantikan bensin dengan bioetanol untuk mengurangi polusi udara. 

"Kita kan sekarang berencana ini mau mendorong segera bioetanol masuk menggantikan bensin. Supaya polusi udara ini juga bisa dikurangin cepat. Karena sulfur yang ini kan hampir 500 ppm. Kita mau sulfurnya itu 50 ppm," ungkapnya.

Saat ini, PT Pertamina (Persero) sedang menyiapkan pengembangan produk bahan bakar ramah lingkungan tersebut.

"Nah kalau ini semua berjalan dengan baik itu dari situ saya kira kita bisa menghemat lagi," ujarnya,

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi  mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menggodok program campuran bioetanol untuk Bahan Bakar Minyak (BBM), apakah dimulai dari 2,5% atau 5%. Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation and Circularity, dikutip pada Senin (08/07/2024).

"Nah ini akan kita akselerasi, sedang dibahas ya, apakah goes to Bioetanol 5% atau E5 (Ethanol 5%) dulu, atau goes to Bioetanol 2,5% dulu, mungkin Pertamina sedang diskusi untuk hal ini, karena resource kita yang menyediakan bioetanol itu tidak banyak," ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dari 13 industri bioetanol yang ada di Indonesia, hanya dua yang telah memenuhi standar untuk digunakan sebagai bahan bakar, sementara yang lain masih berfungsi untuk kebutuhan pangan.

"Nah ini kita ingin akselerasi industri juga, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grid, yang lain adalah food grid," tambahnya.

Meski program campuran bioetanol untuk BBM sebenarnya sudah ada sejak lama, Eniya menyayangkan bahwa realisasinya masih nol hingga saat ini. Padahal, targetnya pada tahun 2025, Indonesia seharusnya sudah mencapai campuran bioetanol 20%.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#energi

Index

Berita Lainnya

Index