Listrik Indonesia | Saat ini, pemerintah telah memberikan subsidi pada produk Bahan Bakar Minyak (BBM) Biosolar yang dibanderol sebesar Rp 6.800 per liter di SPBU Pertamina. BBM Biosolar yang mencakup campuran 30% fatty acid methyl esters (FAME) atau lebih dikenal dengan biodiesel 30% (B30).
Harga BBM Solar subsidi atau Biosolar saat ini Harga ini jauh di bawah harga keekonomiannya. Sebagai perbandingan, harga Solar non-subsidi seperti Dexlite dijual oleh Pertamina seharga Rp 14.550 per liter dan Pertamina Dex seharga Rp 15.100 per liter.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif pernah mengungkapkan bahwa harga asli Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) atau Solar Subsidi sebenarnya telah mencapai Rp 12.000 per liter. Hal tersebut ia ungkapkan saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan bahwa sampai dengan Mei 2024, dengan subsidi tetap minyak Solar sebesar Rp 1.000 per liter, besarnya kompensasi yang dialokasikan sampai dengan bulan Mei 2024 adalah Rp 4.496 per liter. Dalam RAPBN T.A. 2025, ia mengusulkan subsidi tetap untuk minyak Solar sebesar Rp 1.000 - Rp 3.000 per liter.
Harga asli BBM solar tersebut juga bisa dilihat dari harga berbagai jenis BBM Solar yang dijual oleh beberapa SPBU swasta di Indonesia.
Misalnya, SPBU Shell menjual produk Shell Diesel Extra seharga Rp 14.860 per liter (hanya di Jawa Timur) dan Shell V-power Nitro dengan harga Rp 14.930 per liter (kecuali di Jawa Timur).
SPBU BP-AKR menjual produk BP Diesel seharga Rp 14.860 per liter (hanya di Jawa Timur) dan produk BP Ultimate Diesel dengan harga Rp 15.320 per liter (hanya di Jawa Timur).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemerintah sedang menyiapkan peluncuran BBM rendah sulfur dengan standar setara Euro 4. Hal tersebut ia ungkapkan di kantornya, dikutip Kamis (18/07/2024).
Airlangga menambahkan bahwa ini akan diterapkan bersamaan dengan rencana sosialisasi penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran yang akan dimulai pada 1 September 2024.
Ia menjelaskan bahwa standar Euro 4 memerlukan BBM dengan kadar sulfur rendah dan menekankan bahwa tidak akan ada pembatasan BBM, tetapi akan dilakukan sosialisasi agar penyaluran BBM subsidi lebih tepat sasaran.