Current Date: Senin, 09 September 2024

Kilang RI 'Batuk' Bisa Bikin Produksi Terpuruk

Kilang RI 'Batuk' Bisa Bikin Produksi Terpuruk
Kilang minyak. (Dok: @pertamina_ru5)

Listrik Indonesia | Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman mengungkapkan bahwa gangguan pada kilang minyak di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap produksi nasional. Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Senin (02/09/2024).

Mengingat ketergantungan Indonesia pada impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga kilang minyak yang tidak beroperasi optimal dapat menyebabkan penurunan produksi dan peningkatan kebutuhan impor

"Karena kilang ini sensitif, karena kita kan masih impor tadi BBM. Kalau kilang 'batuk-batuk' pasti berkurang produksinya. Otomatis kita harus datangkan impor. Karena sensitif terhadap kebutuhan dalam negeri, maka kita harus pastikan kilang itu tetap andal sepanjang tahun," ungkapnya.

Lebih lanjut, Taufik menjelaskan bahwa ada empat parameter utama yang digunakan untuk menilai kinerja kilang. 

Pertama, intake, yang mengukur total volume minyak yang diolah oleh kilang dalam setahun. Pada tahun 2023, KPI berhasil mengolah 344 juta barel minyak, dengan rata-rata sekitar 900 ribu barel per hari.

"Tahun 2023, kita 344 juta barel masak. 344 juta, berarti sehari itu mungkin 900 ribu barel per hari," katanya.

Kedua, Plant Availability Factor (PAF), yang menunjukkan persentase waktu dalam setahun di mana kilang beroperasi dengan baik. 

"Artinya pabrik itu tetap ada sepanjang tahun berapa persen. Ini 99,9 persen, artinya sudah di top quartile," ujarnya.

Ketiga, Energy Efficiency Index (EEI), yang mengukur efisiensi penggunaan energi dalam proses pengolahan minyak. Semakin rendah nilai EEI, semakin efisien kilang dalam mengolah setiap barel minyak. 

"Jadi semakin tahun kita turun energy efficiency index-nya, itu kan semakin efisien jumlah energi yang dipakai untuk memasak setiap barel minyak," katanya.

Keempat, Yield Followable Product, yang menunjukkan seberapa besar minyak mentah yang diolah menjadi produk jadi yang bernilai komersial. 

"Itu di benchmark oleh keempat itu parameter, Solomon Index kalau di dunia refinery. Itu kita alhamdulillah itu terus meningkat. Terus meningkat dan bisa comparable dengan kilang-kilang kita yang ada di, kilang-kilang maksudnya di regional ini. Itu ke sana. Nah tentunya dampak dari upaya itu, kualitas on spec-nya produk yang kita hasilkan, kemudian kapasitas utilisasi kapasitas terpasang kilang, itu bisa maksimum," pungkasnya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Pertamina

Index

Berita Lainnya

Index