Listrik Indonesia | Bayangkan sebuah pembangkit listrik yang telah berdiri tegak selama lebih dari seratus tahun, namun tetap kokoh dan andal, setia melayani kebutuhan energi ribuan rumah.
PLTA Bengkok, yang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah energi di Indonesia. Didirikan pada tahun 1922, PLTA Bengkok awalnya dibangun untuk tujuan strategis, yakni mendukung operasional Radio Malabar, sebuah alat komunikasi penting milik militer Belanda.
Aliran listrik yang dihasilkan oleh PLTA ini menjadi jembatan penghubung antara tentara kolonial yang berada di Indonesia dengan tanah air mereka di Belanda. Siapa sangka, lebih dari satu abad kemudian, PLTA Bengkok masih berdiri kokoh, terus menghasilkan listrik yang cukup untuk menerangi 2.000 hingga 3.000 rumah di sekitar Bandung. Kini, PLTA ini dioperasikan oleh anak usaha PT PLN (Persero), yaitu PT PLN Indonesia Power.
Dengan kapasitas total mencapai 3,15 MW, PLTA Bengkok bukan sekadar mesin tua yang usang, melainkan sebuah mesin yang tetap berfungsi optimal, hari demi hari. Air Sungai Cikapundung, yang dibendung di Taman Hutan Raya, mengalir melalui instalasi PLTA ini, menghasilkan listrik yang vital bagi masyarakat setempat.
“Kalau satu rumah membutuhkan 1 kW, berarti ada sekitar 2.000 hingga 3.000 rumah yang bisa disuplai listriknya,” ungkap Doni Bakar, Senior Manager PLN IP Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling, saat kunjungan media di PLTA Bengkok.
Meskipun usia PLTA ini sudah lanjut, ia tetap menjadi andalan dalam mendukung energi baru terbarukan (EBT), sebuah bukti nyata bahwa teknologi tua pun dapat berkontribusi dalam transisi menuju energi bersih.
Keandalan operasional PLTA Bengkok ini tidak lepas dari perawatan rutin yang dilakukan secara berkala. PLN menerapkan berbagai upaya pemeliharaan, termasuk dua tipe pemeliharaan berkala, yaitu preventive maintenance dan periodic maintenance. Selain itu, dilakukan pula inspeksi umum setelah PLTA ini mencapai 24.000 hingga 30.000 jam operasi.
"Setiap 40.000 hingga 45.000 jam operasi, atau setiap enam hingga tujuh tahun, PLN melakukan overhaul untuk memastikan seluruh komponen PLTA Bengkok tetap dalam kondisi optimal,"jelasnya kepada awak media. Selasa, 3 September 2024.
Menariknya, biaya operasional PLTA Bengkok tergolong rendah, hanya sekitar Rp200-Rp300 per kWh. Hal ini dimungkinkan karena turbin di PLTA ini berputar dengan kecepatan rendah, hanya 750 RPM, sehingga mesin tetap dingin dan stabil.
Doni juga menjelaskan bahwa setiap meter kubik air yang mengalir per detik dapat menghasilkan daya sekitar 1 MW. Dari sana, listrik yang dihasilkan dinaikkan tegangannya menjadi 20 kV melalui trafo sebelum disalurkan ke jaringan PLN untuk didistribusikan ke masyarakat.
Keandalan PLTA Bengkok didukung oleh tiga turbin Escher Wyss di PLTA Bengkok dan satu turbin Strok & Co di PLTA Dago, serta generator dari GE, sehingga mampu menghasilkan daya bersih sebesar 3,85 MW.
PLTA Bengkok bukan hanya sekadar mesin tua; ia adalah bukti nyata bahwa teknologi yang dibangun dengan baik mampu bertahan melampaui zaman, terus memberikan manfaat besar bagi masyarakat, dan mendukung transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Dengan warisan sejarah yang kaya dan kontribusi yang nyata, PLTA Bengkok tetap menjadi bagian penting dalam menghadirkan masa depan energi yang lebih cerah bagi Indonesia.