Listrik Indonesia | Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, mengumumkan bahwa Indonesia baru saja menerima pendanaan sebesar sekitar Rp7,7 triliun dari Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), bank investasi dan pembangunan asal Jerman.
Dana ini disalurkan melalui kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia dan sebagian akan digunakan untuk mendukung proyek panas bumi Ijen Geothermal yang dioperasikan oleh PT Medco Energi Internasional Tbk di Jawa Timur.
“Kami berharap proyek geothermal di Ijen yang dikelola oleh Medco bisa terlaksana,” ungkap Eniya dalam konferensi pers Indonesia Sustainable Energy Week yang berlangsung pekan ini.
Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan untuk membiayai proyek Hijaunesia I dan II yang mencakup pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Proyek-proyek lain yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN juga akan mendapatkan alokasi pendanaan ini.
“Kami berharap PLTS terapung dan PLTS skala besar di Indonesia bisa masuk dalam skenario realisasi program JETP ini,” tambah Eniya.
Selain KfW, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga menunjukkan minat untuk menyalurkan dana ke Indonesia, meskipun pembahasan terkait masih berlangsung. Namun, terdapat hambatan dalam diskusi ini, terutama terkait dengan komitmen pemerintah Indonesia yang dianggap belum sekuat yang diharapkan dalam mendukung transisi energi, khususnya terkait pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara.
“Dalam diskusi terakhir, ADB meminta klarifikasi mengenai komitmen pemerintah Indonesia yang dinilai belum sejalan dengan komitmen yang diberikan oleh ADB. Ini menjadi salah satu topik yang masih dibahas dan belum menemukan titik terang,” jelasnya.
