Listrik Indonesia | Akar Desa Indonesia, sebuah organisasi yang beranggotakan pemuda dan mahasiswa dari seluruh Indonesia, terus berkomitmen memberikan kontribusi nyata dalam mitigasi serta adaptasi perubahan iklim di pedesaan.
Berangkat dari kesadaran bahwa perubahan iklim berdampak luas hingga ke pelosok desa, Akar Desa Indonesia mendorong penurunan emisi karbon dimulai dari desa-desa di seluruh negeri.
Dalam langkah konkret untuk mendukung tujuan ini, Akar Desa Indonesia meluncurkan program "Warrior Net Zero Emission" dengan tema "Strategi Edukasi dan Partisipasi Masyarakat: Kunci Sukses Net Zero Emission di Desa".
Peluncuran ini dilakukan di Gedung Dewan Energi Nasional (DEN), sebagai simbol dimulainya pendaftaran bagi pemuda desa dari seluruh Indonesia untuk ikut serta dalam upaya pengurangan emisi. Program tersebut dibuka mulai Agustus hingga pertengahan September 2024.
Anggota Dewan Energi Nasional, Dina Nurul Fitria dalam pidatonya juga memberikan apresiasi kepada Akar Desa Indonesia atas inisiatif ini.
“Alhamdulillah saya senang, di kantor DEN ini kumpul anak-anak muda dari berbagai kampus dan organisasi kemahasiswaan membahas climate change yang sudah nyata kita rasakan dan hadapi saat ini, kami dari DEN sebagai bagian dari pembuat kebijakan sektor energi, tentu program yang digagas oleh Akar Desa Indonesia sejalan dengan arah kebijakan pemerintah. Kami sangat mendorong target tercapainya bauran energi EBET sebagai upaya untuk mengatasi emisi karbon yang yang berakibat pada peningkatan suhu bumi.” katanya.
“Kami sampaikan juga bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) sudah selesai dibahas bersama dengan komisi VII DPR RI, kami berharap dukungan dan upaya kolaborasi adanya PP KEN yang baru dapat menjadi modal kita semua untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim” tuturnya.
Ketua Umum Akar Desa Indonesia, Rifqi Nuril Huda menegaskan pentingnya melibatkan desa dalam penanganan perubahan iklim.
“Sebelumnya kami mengucapkan kepada Sekertariat DEN dan Bu Dina telah memberikan ruang dan waktu kepada generasi muda untuk bisa berdialog di kantor DEN yang luar biasa ini. Berikutnya bicara wilayah desa kita mengacu data Kementerian Desa PDTT Sekitar 90% baik desa pemerintahan secara umum dan desa adat, kami juga melihat data BPS populasi dominan negara kita adalah generasi muda. Artinya generasi muda kita mayoritas lahir dari desa. Menurutnya ini adalah sebuah keniscayaan untuk memikirkan skema menjaga desa” ungkapnya.
“Kami menggagas warrior net zero emission ini adalah sebagai cara bergotong royong untuk berkontribusi dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim wilayah pedesaan untuk mewujudkan keadilan iklim bagi masyarakat desa. Nantinya keluaran dari kegiatan ini kami ingin adanya pedoman untuk masyarakat desa dengan bentuk peraturan desa berbasis adaptasi dan perubahan iklim di desa, sehingga desa lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim, mari kita sukseskan bersama,” jelasnya.
Direktur Eksekutif Srikandi Energi Indonesia, Annisa Nuril Deanty menekankan peran perempuan dalam adaptasi perubahan iklim.
“Kelompok paling rentan akibat perubahan iklim sejatinya adalah kelompok rentan yaitu perempuan, karena perempuan lah yang paling dekat urusan rumah tangga baik itu pangan dan energi. Maka dalam upaya peningkatan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim perempuan harus terlibat, baik dari sisi edukasi, sosialisasi dan ikut serta dalam membuat kebijakan. Aturan keterlibatan perempuan dalam perumusan RPJM Desa lewat MUSRENBANGDes harus diatur serius,” katanya.
Selain itu, Koordinator Nasional Publish What You Pay (PWYP), Aryanto Nugroho menyampaikan bahwa desa sangat rentan terhadap perubahan iklim dan membutuhkan pendekatan yang berbeda.
“Desa memang sangat rentan terhadap perubahan iklim, perlu upaya serius untuk melakukan aksi-aksi nyata. Terkhusus membumikan isu perubahan iklim bagi masyarakat desa. Metode pendampingan dan strategi mensosialisasi perubahan iklim di desa berbeda dengan kita bicara dalam forum nasional dan kampus, maka perlu upaya serius serta turun langsung, dan upaya pembentukan Perdes tentang adaptasi dan perubahan iklim perlu didorong kepada stakeholder di desa dengan berlandaskan keadilan,” pungkasnya.
