Listrik Indonesia | PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA), Emiten dari Grup Sinar Mas menganggap dua blok panas bumi yang baru saja dimenangkan oleh perusahaan memiliki nilai strategis yang signifikan. Melalui anak perusahaan PT Daya Anugerah Sejati Utama, DSSA berhasil menjadi pemenang lelang untuk Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Cisolok, Cisukarame di Jawa Barat, serta WKP Nage yang berlokasi di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Perusahaan memilih WKP Cisolok dan Nage karena keduanya memiliki potensi yang relevan untuk dikembangkan, terutama dalam mendukung percepatan kebutuhan listrik di masing-masing wilayah,” ujar Susan Chandra, Sekretaris Perusahaan DSSA, dikutip (23/9/2024).
Untuk lelang pertama, yakni Blok Cisolok, PT Daya Anugerah Sejati Utama harus bersaing dengan PT Ormat Geothermal Indonesia. DSSA unggul dalam lelang ini karena menawarkan program eksplorasi dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan kompetitornya, PT Ormat Geothermal Indonesia. Sedangkan untuk WKP Nage, PT Daya Anugerah Sejati Utama menjadi satu-satunya peserta setelah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mundur dari proyek pada akhir Desember 2022, dengan alasan risiko dan keekonomian proyek yang belum memenuhi standar perusahaan.
Penetapan pemenang untuk DSSA dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam acara International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) pada Rabu (18/9/2024). PT Daya Anugerah Sejati Utama akan menginvestasikan sekitar US$210,5 juta atau setara Rp3,22 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.322 per dolar AS) untuk pengembangan Blok Cisolok. Sementara itu, Blok Nage akan mendapatkan investasi sebesar US$205,7 juta atau sekitar Rp3,15 triliun.
Susan juga menyatakan bahwa perusahaan menargetkan agar kedua blok panas bumi ini mulai beroperasi secara komersial (COD) pada tahun 2031. "DSSA telah menyiapkan investasi lebih dari US$400 juta, dengan target COD untuk kedua blok pada tahun 2031," katanya. Blok panas bumi Cisolok Cisukarame sendiri memiliki luas konsesi mencapai 15.580 hektare, dengan 4.260 hektare di antaranya merupakan hutan konservasi yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.