Listrik Indonesia | Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mempercepat kembali pengembangan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sebagai bagian dari strategi transisi energi di Indonesia. Djoko Siswanto, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), menyebut gas bumi sebagai sumber energi yang sangat relevan untuk tahap peralihan ini, terutama mengingat Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup melimpah.
Ia mengingatkan bahwa sekitar tiga dekade lalu, gas bumi sudah dimanfaatkan untuk sektor transportasi di Indonesia. Saat itu, terdapat 28 SPBG yang dibangun. Namun, pemanfaatan kendaraan berbahan bakar gas menurun seiring kurangnya kebijakan pemerintah yang konsisten dalam mendukung penggunaannya.
"Kira-kira 30 tahun lalu, kita punya 28 SPBG. Namun, permintaan menurun karena kurangnya dukungan kebijakan, seperti tidak ada larangan menjual kendaraan BBM dan kewajiban beralih ke gas. Akhirnya, kini kita coba kembali menggunakan gas, khususnya untuk transportasi umum," ujar Pria yang akrab disapa Djoksis, Jumat (25/10).
Lebih lanjut, Djoksis, menjelaskan bahwa transportasi umum, seperti Bus Transjakarta, pernah sepenuhnya menggunakan bahan bakar gas (BBG). Selain itu, sejumlah kendaraan dinas pemerintah, taksi, dan moda transportasi lain juga sempat menggunakan BBG dengan bantuan converter kit.
"Truk, kapal, dan kereta pun sudah diuji coba memakai gas. Bahkan, PGN juga melakukan uji coba pada sepeda motor. Harganya sangat kompetitif, yakni Rp 4.500 per liter setara premium, lebih murah dari harga bensin yang saat itu Rp 6.500 per liter, dengan performa yang sama," tambahnya.
Djoksis menekankan bahwa kebijakan yang jelas dan tegas diperlukan untuk mendukung pemanfaatan gas secara lebih luas di Indonesia. Wilayah-wilayah yang memiliki akses ke jaringan pipa gas diharapkan bisa menjadi fokus utama dalam pengembangan SPBG.