Listrik Indonesia | Hari Listrik Nasional ke-79 menjadi momen penting bagi kelistrikan nasional, karena menandai hampir delapan dekade perjalanan sektor kelistrikan Indonesia yang telah berkembang pesat sejak pengambilalihan aset listrik dari Belanda pada 1945.
Pada usia ke-79 ini, tantangan dan peluang baru muncul, terutama terkait dengan upaya mencapai target transisi energi dan memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan ekonomi.
Dalam upaya menghadapi tantangan di sektor kelistrikan, Managing Director Majalah Listrik Indonesia (MLI), Irwadhi Marzuki mengucapkan selamat atas peringatan HLN ke-79 dan hal ini adalah momen yang tepat untuk memperkuat komitmen bersama dalam menghadapi tantangan energi global.
Dalam memperingati HLN ke-79, MLI akan menerbitkan Majalah Edisi 101 yang akan menjadi refleksi mengenai perjalanan panjang sektor kelistrikan di Indonesia. MLI Edisi 101 akan mengupas mengenai pencapaian, inovasi teknologi, kebijakan pemerintah, progres energi terbarukan di Indonesia ,dan banyak hal yang berkaitan dengan sektor energi.
Sebagai catatan, dalam upaya mencapai NZE 2060, Indonesia tercatat hanya mencapai angka 0,2% pada tahun 2022 dalam sektor tenaga surya dan angin. Angka tersebut jauh tertinggal dari negara tetangga, Vietnam yang berhasil mencapai angka 13% pada tahun 2023. Hal ini tentunya menjadi perhatian penting bagi pemerintah.
Energi Baru Terbarukan (EBT) memainkan peran yang sangat penting dalam menghadapi tantangan energi global saat ini. Pertama-tama, EBT merupakan sumber energi berkelanjutan yang berasal dari sumber-sumber yang tidak akan habis, seperti matahari, angin, dan biomassa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi jangka panjang tanpa menguras sumber daya alam. Selain itu, penggunaan EBT dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca, yang sangat krusial dalam upaya global untuk memerangi perubahan iklim dan mengurangi dampak lingkungan.
GoogleNews
