Listrik Indonesia | Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tengah berlangsung untuk memilih pemimpin negara tersebut di periode mendatang, dengan persaingan antara Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris dari Partai Demokrat. Proses penghitungan suara sudah dimulai beberapa waktu yang lalu.
Berdasarkan laporan dari Associated Press (AP) yang dilansir oleh Listrikindonesia.com, hingga pukul 11:29 WIB, Trump sementara memimpin dalam perolehan suara populer maupun electoral college. Trump mengumpulkan 51,5 persen suara, sekitar 57.584.086 suara, sementara Harris memperoleh 47,2 persen atau sekitar 52.814.548 suara.
Lantas, apa dampaknya terhadap sektor energi di Indonesia jika Trump terpilih?
Listrikindonesia.com telah mengumpulkan informasi dari beberapa sumber untuk dilakukan analisa secara mandiri, yaitu enverus.com, atlanticcouncil.org, carbonbrief.org, eco-business.com.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak terpilihnya Trump sebagai Presiden AS 2024 akan sebagai berikut:
Trump diperkirakan akan kembali mengutamakan kebijakan "dominasi energi" yang lebih mengandalkan bahan bakar fosil, seperti yang diterapkannya pada masa jabatan sebelumnya. Ia kemungkinan besar akan mencabut berbagai kebijakan iklim dan energi bersih yang diterapkan pemerintahan Biden, termasuk ketentuan dalam Inflation Reduction Act (IRA) yang mendukung energi terbarukan, kendaraan listrik, serta pengurangan emisi karbon.
Dalam konteks Indonesia, kebijakan pro-fosil Trump berpotensi mengubah dinamika investasi energi, dengan dua kemungkinan dampak utama:
- Dorongan terhadap Bahan Bakar Fosil: Jika Trump memutuskan untuk meningkatkan produksi bahan bakar fosil di AS, hal ini berpotensi menyetabilkan atau bahkan menurunkan harga minyak global. Indonesia, sebagai negara yang masih bergantung pada impor energi dan bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik, mungkin akan merasakan penurunan harga energi. Namun, kondisi ini juga bisa menciptakan dilema bagi Indonesia, yang terjebak dalam ketergantungan pada bahan bakar fosil, sementara harus menghadapi tekanan untuk tetap memenuhi target transisi energi terbarukan yang telah ditetapkan. Keputusan tersebut bisa memperburuk ketidakpastian dan memperlambat upaya Indonesia dalam mencapai keberlanjutan energi.
- Pengaruh Investasi Energi Bersih: Jika Harris kalah, program investasi AS di sektor energi bersih diperkirakan akan menurun secara global, yang pada gilirannya mengurangi insentif serta aliran dana dari AS untuk energi terbarukan. Hal ini dapat memengaruhi ketersediaan pendanaan atau kerja sama teknologi untuk proyek energi bersih di Indonesia. Namun, pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih bisa berlanjut berkat dukungan dari negara lain atau melalui investasi mandiri.
Pada akhirnya, meski dampaknya mungkin lebih terasa pada jangka panjang, kemenangan Trump dapat mengubah arah kebijakan iklim dan energi global, dengan implikasi terhadap upaya transisi energi bersih di Indonesia