Listrik Indonesia | Zhejiang Huayou Cobalt Co., salah satu produsen nikel terbesar dunia, tengah mengupayakan pendanaan sebesar US$2,7 miliar dari konsorsium perbankan untuk mendukung proyek besar di Sulawesi Tenggara, Indonesia. Proyek ini dijalankan bersama Ford Motor Co. dan PT Vale Indonesia, dengan tujuan memproduksi nikel berkualitas baterai yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik.
Dorong Investasi di Tengah Pasar yang Lesu
Langkah ini diambil saat harga nikel global merosot ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan melemahnya permintaan dari industri baja tahan karat dan melambatnya pertumbuhan sektor kendaraan listrik. Meski begitu, Indonesia tetap menjadi pemain utama, menyumbang lebih dari separuh produksi nikel global dan terus menarik investasi asing untuk memperkuat sektor pemrosesan mineral dalam negeri.
Proyek Huayou-Ford-Vale ini bertujuan memanfaatkan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) untuk mengolah bijih nikel kadar rendah menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP), bahan baku utama untuk baterai kendaraan listrik. Fasilitas Pomalaa ini diproyeksikan memiliki kapasitas produksi tahunan hingga 120.000 ton nikel, menjadikannya salah satu pabrik HPAL terbesar di Asia Tenggara.
Komposisi Investasi dan Kepemilikan
Total investasi proyek ini diperkirakan mencapai US$3,8 miliar. Dalam struktur kepemilikannya, Huayou memegang mayoritas saham sebesar 73,2%, disusul oleh Vale Indonesia dengan 18,3%, dan Ford Motor Co. yang memiliki 8,5% saham. Ford juga memiliki opsi untuk meningkatkan kepemilikannya hingga 17% di masa mendatang.
Baik Huayou, HSBC, maupun Standard Chartered belum memberikan komentar resmi terkait proses pendanaan ini. Namun, proyek ini menunjukkan komitmen kuat para pihak untuk mendorong transisi energi global melalui pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Proyek ini bukan hanya mendukung agenda energi bersih global, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat pemrosesan nikel dunia. Dengan investasi besar dan teknologi mutakhir, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah komoditas nikel dalam negeri, sejalan dengan visi pemerintah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam nasional.