Current Date: Minggu, 08 Desember 2024

PLN Gaet Investor Internasional untuk Proyek Hijau Besar-Besaran

PLN Gaet Investor Internasional untuk Proyek Hijau Besar-Besaran
Suasana talkshow dengan tema "Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism" di Indonesian Pavilion pada gelaran COP29, Baku, Azerbaijan Selasa, (12/11).Dok.Ist

Listrik Indonesia | PT PLN (Persero) kembali menegaskan perannya dalam mendukung transisi energi bersih guna mewujudkan visi swasembada energi nasional. Dalam perhelatan Conference of the Parties (COP29) di Baku, Azerbaijan, PLN memaparkan sejumlah inisiatif pendanaan hijau yang dirancang untuk mendukung proyek-proyek transisi energi di Indonesia. 

Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, Mari Elka Pangestu, mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia telah menginisiasi Global Blended Finance Alliance (GBFA). Aliansi ini bertujuan menggalang kolaborasi internasional, khususnya dengan negara-negara berkembang, untuk memobilisasi pendanaan transisi energi. Sejak diluncurkan pada KTT G20, GBFA telah diikuti oleh beberapa negara, termasuk Perancis, Kanada, dan Kenya. 

“GBFA diharapkan mampu menjembatani gap pendanaan untuk aksi iklim dan SDGs. Untuk aksi iklim saja, kebutuhan pendanaannya diperkirakan mencapai USD 1-2 triliun. Jika memasukkan target SDGs, angkanya bisa menyentuh USD 6 triliun,” ujar Mari dalam Indonesian Pavilion Talkshow bertajuk Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism di COP29, Selasa (12/11). 

Tantangan Pendanaan di Negara Berkembang 

Mari juga menekankan pentingnya strategi inovatif untuk mengatasi keterbatasan pendanaan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data Kementerian Keuangan, Indonesia memerlukan sekitar USD 280 miliar untuk menjalankan aksi iklim hingga 2030. Namun, hanya 30% dari total kebutuhan tersebut yang dapat ditutup melalui anggaran negara. “Sisanya harus berasal dari swasta dan sumber lainnya,” tambah Mari. 

Menyinggung kesinambungan kebijakan, Mari menuturkan bahwa pemerintahan baru akan melanjutkan komitmen sebelumnya. “Sebagaimana disampaikan Pak Hashim Djojohadikusumo, GBFA adalah salah satu inisiatif yang diharapkan dapat terus berlanjut,” imbuhnya. 

Langkah Konkret PLN dalam Pendanaan Hijau 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly, mengungkapkan bahwa PLN telah mengembangkan berbagai mekanisme pendanaan hijau. “Kami merancang Sustainable Linked Financing Framework (SLFF) dan Green Financing Framework (GFF) sebagai bagian dari upaya mendukung transisi energi,” jelasnya. 

Sinthya menekankan bahwa PLN menargetkan 75% pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dalam portofolionya hingga 2033. Untuk mencapai target tersebut, PLN memerlukan investasi lebih dari USD 100 miliar. “Penting bagi kami untuk memastikan proyek yang disiapkan benar-benar tepat, mulai dari pembangkitan, transmisi, hingga distribusi, termasuk implementasi smart grid,” tambahnya. 

Dukungan Mitra Keuangan Internasional 

PLN juga terus mengeksplorasi berbagai opsi pendanaan, baik dari lembaga internasional maupun sumber lokal. Sinthya menyebutkan bahwa dalam dua tahun terakhir, PLN telah memperoleh pendanaan sekitar USD 2,9 miliar. Saat ini, PLN sedang dalam tahap diskusi dengan Asian Development Bank (ADB) untuk pendanaan tambahan senilai USD 4,8 miliar. 

“Secara keseluruhan, potensi pendanaan yang sudah kami miliki mencapai USD 46,9 miliar. Mitra seperti World Bank, ADB, dan Just Energy Transition Partnership (JETP) menjadi bagian dari upaya kami memastikan transisi energi berjalan sesuai rencana,” tutup Sinthya. 

Melalui berbagai langkah ini, PLN menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#PLN

Index

Berita Lainnya

Index