Listrik Indonesia | Konsep mixed use building atau gedung serbaguna kini semakin mendapat perhatian dalam dunia arsitektur dan perencanaan kota. Gedung serbaguna mengintegrasikan berbagai fungsi, seperti hunian, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum dalam satu bangunan atau kompleks. Konsep ini muncul sebagai solusi untuk mengatasi tantangan urbanisasi yang pesat, keterbatasan ruang, dan kebutuhan untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih efisien dan nyaman.
Dengan menggabungkan beberapa fungsi dalam satu bangunan, mixed use building menawarkan efisiensi ruang yang optimal, terutama di kawasan perkotaan yang memiliki lahan terbatas. Ketika berbagai aktivitas dapat dilakukan di satu lokasi, kebutuhan akan infrastruktur tambahan, seperti jalan raya atau transportasi umum, dapat berkurang. Selain itu, pengurangan penggunaan lahan juga membantu melestarikan ruang terbuka dan meningkatkan kualitas lingkungan.
BACA JUGA: Bappenas Siapkan Peta Jalan Industri Bebas Emisi
Keuntungan lain dari gedung serbaguna adalah kemudahan dalam mobilitas. Dengan adanya berbagai fasilitas di satu tempat, penghuni atau pengunjung tidak perlu melakukan perjalanan jauh untuk bekerja, berbelanja, atau sekadar bersantai. Hal ini berkontribusi pada pengurangan kemacetan dan juga penggunaan energi yang lebih efisien. Mixed use building pun mendukung gaya hidup yang lebih dinamis dan serba praktis bagi penghuninya.
Selain itu, konsep ini memiliki dampak positif terhadap ekonomi lokal. Kehadiran gedung serbaguna sering kali mendatangkan banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar area tersebut, yang berpotensi mendongkrak aktivitas ekonomi di sekitar gedung. Bisnis-bisnis kecil, seperti kafe, toko ritel, dan layanan lainnya, dapat berkembang pesat karena tingginya tingkat perputaran orang di area tersebut. Ini tidak hanya menguntungkan bagi pengusaha lokal, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, penerapan konsep mixed use building tidak tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah integrasi antara berbagai fungsi dalam satu gedung. Desain yang kurang tepat bisa menimbulkan ketidaknyamanan, seperti kebisingan dari area perkantoran yang mengganggu penghuni apartemen, atau kurangnya fasilitas pendukung yang memadai. Selain itu, peraturan zonasi dan kebijakan pemerintah juga dapat menjadi hambatan, karena banyak kota masih memiliki pembatasan terkait dengan penggunaan lahan yang berbeda dalam satu bangunan.
Meskipun demikian, beberapa kota besar di dunia telah sukses mengimplementasikan konsep ini. Di New York, misalnya, kawasan Hudson Yards menggabungkan hunian, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan ruang publik dalam satu kawasan. Di Singapura, Marina Bay Sands menjadi contoh lain yang berhasil mengintegrasikan berbagai fasilitas, termasuk hotel, pusat konvensi, dan ruang hiburan, dalam satu kompleks ikonik.
Melihat tren yang berkembang, mixed use building diperkirakan akan menjadi salah satu solusi utama dalam perencanaan kota berkelanjutan di masa depan. Pengembang dan pemerintah semakin menyadari pentingnya merancang kota yang tidak hanya mengakomodasi kebutuhan ekonomi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Dengan memanfaatkan teknologi pintar dan prinsip desain yang ramah lingkungan, gedung serbaguna diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan kota-kota masa depan yang lebih efisien, berkelanjutan, dan terintegrasi dengan baik.
Sebagai bagian dari perencanaan kota modern, konsep mixed use building menunjukkan bahwa kota yang lebih baik bukan hanya bergantung pada pemisahan fungsi-fungsi yang ada, melainkan pada penciptaan ruang yang lebih terhubung dan saling mendukung antar berbagai aktivitas manusia.