Listrik Indonesia | Rencana ekspor listrik Indonesia ke Singapura terancam batal setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan sikap tegas untuk mengkaji ulang wacana tersebut. Langkah ini mengejutkan publik mengingat ekspor listrik bersih sebelumnya dibahas dalam berbagai pertemuan tingkat tinggi.
Gagasan ekspor listrik dari Indonesia ke Singapura pertama kali mencuat pada tahun 2023. Saat itu, perhatian publik tertuju pada rencana Miliarder Mike Cannon-Brookes yang mengambil alih proyek Sun Cable dari Australia. Proyek ini awalnya bertujuan mengalirkan listrik tenaga surya ke Singapura melalui kabel bawah laut sepanjang 4.200 kilometer, namun gagal hingga akuisisi tersebut diambil alih oleh Cannon-Brookes untuk menghidupkan kembali ide ini.
BACA JUGA: Perusahaan Misterius Minta Jatah 40% Produksi Nikel Nasional, Menteri Bahlil Angkat Suara
Tidak hanya dari luar negeri, sejumlah perusahaan energi domestik juga tengah mempersiapkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di wilayah sekitar Batam. Infrastruktur ini diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Singapura. Namun, keputusan Menteri Bahlil untuk meninjau ulang rencana ini menimbulkan tanda tanya, terutama setelah Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam ajang Leaders’ Retreat pada April 2024, di mana salah satu agenda utamanya adalah kerja sama energi.
"Ekspor listrik ke Singapura? Belum saatnya. Kita harus melihat terlebih dahulu manfaat timbal balik yang diberikan Singapura kepada kita," tegas Bahlil dalam pernyataannya pekan lalu di Kementerian ESDM.
Lebih lanjut, ia menyampaikan pentingnya pendekatan berbasis hubungan antar pemerintah (G to G) untuk memastikan bahwa konsep "green energy industry" berjalan sesuai kepentingan nasional.