Listrik Indonesia | Batu bara telah menjadi sumber energi utama selama berabad-abad, tetapi tidak banyak yang tahu tentang asal-usulnya. Batu bara adalah hasil dari proses geologis yang terjadi jutaan tahun lalu, ketika sebagian besar daratan bumi tertutup oleh rawa-rawa besar yang dipenuhi tumbuhan.
Pada periode Karbon (sekitar 360 hingga 290 juta tahun yang lalu), bumi mengalami iklim yang lembab dan hangat, yang memungkinkan tumbuhan seperti pakis raksasa dan lumut tumbuh subur. Saat tumbuhan ini mati, mereka terkubur di bawah lapisan lumpur dan air, yang melindungi mereka dari dekomposisi lengkap.
Seiring waktu, lebih banyak sedimen menumpuk di atas lapisan tumbuhan mati ini, menciptakan tekanan dan panas yang sangat besar. Proses ini mengubah bahan organik menjadi gambut, dan dengan berlalunya jutaan tahun, gambut ini terus terkompresi dan mengalami perubahan kimia menjadi batu bara yang kita kenal saat ini.
Batu bara sendiri terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kadar karbon dan energi yang dikandungnya. Jenis-jenis utama batu bara meliputi:
Antrasit: Jenis batu bara yang paling keras dan mengandung kadar karbon tertinggi.
Bituminus: Jenis batu bara yang paling umum digunakan untuk pembangkitan listrik dan industri.
Sub-bituminus: Batu bara dengan kadar karbon yang lebih rendah dibandingkan bituminus.
Lignit: Jenis batu bara dengan kadar karbon terendah dan energi yang paling rendah.
Penggunaan batu bara sebagai sumber energi mulai meningkat pesat selama Revolusi Industri di abad ke-18 dan ke-19. Keberadaan batu bara yang melimpah dan kemampuan untuk menghasilkan energi dalam jumlah besar menjadikannya bahan bakar pilihan utama untuk pabrik dan mesin-mesin baru.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari pembakaran batu bara, banyak negara kini beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Meski demikian, batu bara tetap menjadi bagian penting dari sejarah energi dunia dan memberikan wawasan berharga tentang bagaimana alam bisa menghasilkan sumber daya energi yang vital.
GoogleNews
