Listrik Indonesia | Kunjungan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto ke Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024 pada Minggu (1/12/2024) memunculkan perbincangan serius terkait realisasi investasi BYD, pabrikan mobil listrik asal China. Di booth BYD, Airlangga langsung meminta kepastian dari General Manager BYD Asia Pacific Auto Sales Division, Liu Xueliang, mengenai rencana pembangunan pabrik perakitan di Indonesia.
Namun, apakah janji investasi ini benar-benar akan terealisasi atau justru akan menjadi salah satu dari sekian banyak komitmen investasi asing yang mandek?
Pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai kemudahan kepada BYD, mulai dari pembebasan tarif bea masuk hingga PPnBM. Insentif ini menjadikan mobil listrik BYD lebih terjangkau di pasar domestik, bahkan mulai digunakan sebagai armada taksi online. Namun, hingga kini, realisasi pembangunan pabrik perakitan BYD di Subang baru sebatas rencana, dengan target operasional pada akhir 2025.
"Kalau tidak ekspor, status KEK bisa saya cabut," tegas Airlangga. Pernyataan ini mencerminkan kegelisahan pemerintah atas lambatnya progres investasi, meski insentif sudah diberikan.
Pemerintah harus memastikan bahwa insentif yang diberikan tidak hanya menguntungkan investor, tetapi juga memberikan dampak signifikan bagi perekonomian nasional. Jika tidak, Indonesia hanya akan menjadi tempat parkir investasi asing tanpa manfaat strategis bagi pembangunan industri lokal.
Akankah BYD Menepati Janji?
Janji Liu Xueliang untuk menyelesaikan pembangunan pabrik pada akhir 2025 kini berada di bawah sorotan. Langkah tegas pemerintah dalam mengawasi realisasi investasi BYD akan menjadi ujian penting bagi kebijakan industrialisasi Indonesia. Jika tidak dikelola dengan baik, potensi besar mobil listrik di Indonesia bisa saja berakhir sebagai peluang yang terlewatkan.