Listrik Indonesia | Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang besar dan beragam, salah satunya adalah energi panas bumi yang dilaporkan mencapai 23 Gigawatt. Pemanfaatan energi panas bumi ini tidak hanya mendukung ketahanan energi nasional, tetapi juga berperan penting dalam mencapai target bauran energi terbarukan.
Untuk menggali peluang dan tantangan energi panas bumi di Indonesia, Pertamina Energy Institute menyelenggarakan The 3th Pertamina Energy Dialog 2024 dengan tema “Optimalisasi Potensi Panas Bumi di Indonesia: Tantangan, Strategi, dan Inovasi untuk Mewujudkan Energi Berkelanjutan” di kampus Universitas Pertamina, beberapa waktu yang lalu, dikutip pada Jumat (13/12/2024).
Dalam paparannya, Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Direktorat Panas Bumi Kementerian ESDM, Sahat Simangunsong, S.T., M.T., menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Hal ini menjadikan panas bumi sebagai salah satu sumber energi yang sangat strategis untuk mendukung ketahanan energi nasional.
Untuk mempercepat investasi pengembangan panas bumi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, termasuk penerbitan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 yang mengatur harga patokan tertinggi (HPT) pembelian tenaga listrik dan pengaturan tingkat komponen dalam negeri untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
Selain itu, berbagai terobosan telah dilakukan oleh Kementerian ESDM untuk mendukung pengembangan panas bumi, seperti kemudahan proses perizinan melalui Online Single Submission (OSS) dan pengembangan aplikasi Geothermal Energy Information System (GENESIS) yang menyediakan akses data dan informasi mengenai sumber daya panas bumi di Indonesia.
Strategi dan Target Pengembangan
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Julfi Hadi menegaskan bahwa dukungan terhadap transisi energi dan swasembada energi, seperti yang diamanatkan oleh Presiden Prabowo, sangat penting.
Panas bumi, sebagai satu-satunya energi terbarukan dengan karakteristik baseload, memiliki peran strategis dalam mendukung agenda ini. PGE menargetkan penambahan kapasitas terpasang sebesar 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan dan 1,5 GW pada tahun 2035.
Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Untuk itu, PGE berkomitmen mengambil langkah strategis seperti berkolaborasi dengan berbagai pihak, menurunkan biaya produksi, dan mendiversifikasi aliran pendapatan baru guna meningkatkan daya tarik investasi.
Tantangan dan Solusi
Prof. Ari Kuncoro dari Universitas Indonesia menggarisbawahi perlunya dukungan insentif fiskal dari pemerintah yang tidak terlalu membebani keuangan negara. Hal ini diperlukan untuk berbagi risiko dengan mengajak investor yang peduli terhadap isu lingkungan melalui pasar modal atau obligasi yang bernuansa lingkungan (green bond). Insentif ini diharapkan dapat menarik investor untuk berpartisipasi dalam pengembangan energi terbarukan.
Selain itu, Dr. Adhitya Nugraha dari Pertamina Energy Institute, menyampaikan bahwa Indonesia termasuk dalam klaster Demand Surge yang memiliki permintaan listrik tertinggi dan peluang besar dalam energi terbarukan.
Namun, Indonesia memiliki karakteristik di bawah rata-rata dalam hal investasi transisi energi dan harga listrik. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan iklim investasi dan menyelesaikan berbagai tantangan di sektor panas bumi, seperti harga pembelian listrik, skema kesepakatan, pendanaan, regulasi, dan pengembangan potensi pasar.
Kesimpulan
Pengembangan energi panas bumi di Indonesia menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan mendukung transisi menuju energi terbarukan. Namun, berbagai tantangan masih harus diatasi, termasuk menarik investasi, mengatur harga listrik, dan meningkatkan infrastruktur serta regulasi. Dengan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan akademisi, Indonesia dapat memanfaatkan potensi panas bumi untuk masa depan energi yang lebih berkelanjutan.
