Listrik Indonesia | Langkah cepat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mulai menunjukkan hasil nyata. Permen 11/2024, yang baru saja diterbitkan, telah membuka jalan bagi investasi energi baru terbarukan (EBT) yang sebelumnya tertunda, bahkan menjadi sorotan dalam laporan Bappenas.
“Senang sekali rasanya jika Permen 11/2024 yang kami buat di awal saya mulai bekerja di Cikini langsung berefek pada investasi. Investasi EBT yang selama ini tertunda kini mulai bergerak, bahkan pendanaan internasional pertama berhasil kami raih untuk proyek Patuha-2,” ujar Prof. Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal EBTKE.
Pada Kamis, 12 Desember, Prof. Eniya menyaksikan penandatanganan kontrak pendanaan proyek Patuha-2 di gedung heritage Kementerian Keuangan. Pendanaan ini menjadi titik awal percepatan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dikelola oleh GeoDipa Energi.
GeoDipa Pacu Realisasi Proyek PLTP
GeoDipa Energi, salah satu perusahaan milik negara di sektor panas bumi, bergerak cepat merealisasikan proyek-proyek besar. Dengan pendanaan yang kini tersedia, GeoDipa berkomitmen untuk menambah kapasitas listrik sebesar 45 MW melalui proyek Patuha-2 dalam waktu dua tahun. “Saya minta dalam 24 bulan bisa Commercial Operation Date (COD). Direktorat Jenderal EBTKE pasti mendukung,” tegas Prof. Eniya.
Lebih jauh, Kementerian ESDM menargetkan total kapasitas terpasang PLTP mencapai 1.100 MW pada 2029. Langkah ini sejalan dengan arahan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia untuk mempercepat deregulasi izin panas bumi.
Penyederhanaan Aturan
Kementerian ESDM telah memangkas sejumlah ketentuan perizinan awal panas bumi, termasuk menyederhanakan proses survei. Perubahan ini akan tercermin dalam revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2021 serta Peraturan Presiden (Perpres) tentang Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) untuk kelebihan daya (excess power).
“Deregulasi ini sangat penting agar pengembangan panas bumi bisa lebih cepat dan efisien. Kami semua berkomitmen mengawal proyek ini bersama hingga selesai,” pungkas Prof. Eniya.
Dengan langkah-langkah strategis ini, pemerintah optimis pengembangan EBT, khususnya panas bumi, akan memberikan kontribusi besar terhadap target Net Zero Emission pada 2060.
