Listrik Indonesia | Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiyani Dewi mengungkapkan terdapat tiga Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang diperkirakan segera beroperasi untuk mendongkrak capaian bauran energi. Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara peluncuran Global Hydrogen Ecosystem Summit and Exhibition 2025 (GHES 2025) di Gedung Sarulla, Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, pada Selasa (17/12).
Beberapa proyek panas bumi yang diharapkan dapat beroperasi pada akhir tahun ini, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi (41 MW), yang telah memperoleh SLO pada 15 Desember, serta PLTP Salak Binari (15 MW) dan PLTP Ijen (45 MW).
"Dengan masuknya PLTP Sorik Merapi, yang terdiri dari 91 MW-50 MW di antaranya sudah COD dan sisanya 41 MW tinggal menunggu Amdal, kami optimistis kontribusi bauran EBT akan meningkat secara signifikan," ungkapnya.
Eniya mengatakan bahwa target bauran energi baru terbarukan (EBT) nasional akan naik menjadi 14,1% dari sebelumnya 13,9%.
"Saat ini pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional dilaporkan ke saya sebesar 13,9%, dengan Commercial Operation Date (Tanggal Operasi Komersial) dan SLO (Sertifikat Laik Operasi), beberapa proyek panas bumi di bulan Desember ini diharapkan akan terjadi peningkatan bauran EBT hingga tercapai 14,1%," ujarnya.
Eniya juga menegaskan bahwa Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, sangat fokus pada peningkatan proporsi energi terbarukan dalam bauran energi mix nasional. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri ESDM, yang mendorong percepatan perizinan dan pengoperasian pembangkit energi terbarukan.
"Saya melihat potensi geothermal (panas bumi) masih sangat besar dan merupakan 'low hanging fruit' untuk mencapai lebih banyak COD, selain dari PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang terus kami dorong. PLTS apung dan atap, serta pembangkit listrik tenaga air dan angin juga menjadi prioritas kami. Sudah ada 2-3 perusahaan yang berencana melanjutkan investasi di sektor energi angin di Indonesia. Kami sudah meminta mereka untuk melakukan studi lebih lanjut," tambahnya.
