Proyek PLTP Muara Laboh 2 dan 3 Telan Biaya Fantastis

Proyek PLTP Muara Laboh 2 dan 3 Telan Biaya Fantastis
Ilustrasi PLTP Muara Laboh

Listrik Indonesia | Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2 dan 3 memasuki babak baru setelah PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) menandatangani Amandemen Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT PLN (Persero). 

Dengan investasi sebesar USD 900 juta, proyek ini menargetkan peningkatan kapasitas listrik hingga 140 MW, yang rencananya akan mulai beroperasi dalam dua tahap: Unit 2 pada awal 2027 dan Unit 3 pada 2033. 

Meskipun investasi ini mencerminkan komitmen besar terhadap energi terbarukan, proyek ini juga membawa sejumlah tantangan. Proses pengembangan pembangkit listrik panas bumi tidaklah sederhana. Dari sisi teknis, eksplorasi panas bumi membutuhkan teknologi yang canggih dan biaya tinggi. Selain itu, proses pengelolaan lingkungan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem di sekitar area proyek. 

Founder & Chairman PT Supreme Energy, Supramu Santosa, menegaskan pentingnya kolaborasi yang kuat antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat lokal. Menurutnya, proyek ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon hingga 900 ribu ton CO2 per tahun. Hal ini dinilai sejalan dengan target Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060. 

Namun, keberhasilan proyek ini tidak hanya diukur dari aspek lingkungan. Secara ekonomi, proyek ini menjanjikan penciptaan hingga 1.500 lapangan kerja selama masa konstruksi dan kontribusi keuangan dalam bentuk royalti serta bonus produksi untuk pemerintah daerah. Meski begitu, keberlanjutan manfaat ekonomi tersebut masih menjadi tanda tanya, mengingat lapangan kerja yang diciptakan bersifat sementara. 

Dari sisi sosial, masyarakat sekitar Kabupaten Solok Selatan diharapkan bisa merasakan dampak positif dari proyek ini. Namun, sering kali dalam proyek-proyek besar, harapan tersebut tidak selalu terealisasi secara maksimal. Oleh karena itu, SEML perlu memastikan bahwa manfaat ekonomi dan sosial benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya menjadi angka dalam laporan tahunan. 

Kolaborasi dengan mitra internasional seperti Sumitomo Corporation dan INPEX Geothermal Ltd. menjadi salah satu kekuatan utama dalam proyek ini. Meski demikian, ekspektasi tinggi dari para pemangku kepentingan menuntut pengelolaan yang transparan dan eksekusi yang tepat waktu. Penundaan atau pembengkakan biaya akan menjadi tantangan besar yang bisa mengganggu kelangsungan proyek. (KDR)

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#PLTP

Index

Berita Lainnya

Index