Listrik Indonesia | Pemerintah terus menggodok Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034. Dalam pertemuan yang melibatkan tiga menteri pada Selasa (14/01/2025), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Menteri BUMN, dan Menteri Keuangan membahas harmonisasi dan finalisasi RUPTL tersebut.
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa RUPTL kali ini akan memberikan perhatian besar pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT). "Kami telah merumuskan RUPTL bersama PLN, dan selanjutnya perlu disosialisasikan kepada Menteri BUMN dan Menteri Keuangan. Dalam RUPTL 2025-2034, sekitar 60% akan difokuskan pada penggunaan EBT," ujar Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM pada Rabu (15/01/2025).
Dalam rancangan RUPTL tersebut, kapasitas yang direncanakan mencapai 71 Giga Watt (GW), dengan porsi terbesar diisi oleh sumber energi berbasis EBT. Peningkatan ini menjadi langkah nyata dalam mendorong dekarbonisasi sektor kelistrikan, sesuai dengan komitmen pemerintah untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.
Namun, implementasi target ambisius ini tidak lepas dari tantangan besar, terutama dalam pembangunan infrastruktur pendukung. Salah satu tantangan utama adalah pembangunan jaringan transmisi atau super grid sepanjang 48 ribu kilometer yang diperlukan untuk menghubungkan sumber-sumber energi di daerah terpencil ke pusat-pusat beban di wilayah perkotaan.
"Dibutuhkan investasi sekitar Rp 400 triliun untuk pembangunan jaringan transmisi tersebut. Sementara itu, pembangunan pembangkit listrik memerlukan dana sebesar Rp 600 hingga 700 triliun," tambah Bahlil, menekankan besarnya investasi yang diperlukan untuk merealisasikan RUPTL yang ramah lingkungan ini.
Dengan langkah-langkah strategis ini, pemerintah berharap dapat mewujudkan ketahanan energi berbasis EBT sekaligus mendukung target pengurangan emisi karbon.(KDR)
